"Lagu Panggilan Jihad.mp3"

Sabtu, 04 Februari 2012

Nasihat Lukmanul hakim kepada anaknya

Kebanyakan manusia menilai suatu kenikmatan dengan materi, sebagiamana ucapan orang hidup bahagia nikmat jika materi cukup, atau suatu kenikmatan yang terbesar adalah kesehatan karena begitu mahalnya biaya pengobatan penyakit sehingga harta seakan tiada artinya jika terkena penyakit yang membutuhkan biaya yang melebihi harta yang di miliki.

Padahal ada kenikmatan yang jauh lebih besar daripada itu semua yaitu hidayah kepada manhaj yang benar yang akan membawa kenikmatan yang hakiki dan abadi di akhirat nanti.

Sedangkan kenikmatan materi dan kesehatan hanya dirasakan di dunia yang fana, yang waktunya hanya sangat-sangat sementara.

Satu-satunya manusia yang bukan nabi, bukan pula Rasul tapi kisah hidupnya diabadikan dalam Qur’an adalah Lukman Al Hakim. ( QS. Lukman; ayat 12 sampai dengan 19) . Karena hidupnya penuh hikmah.

Suatu hari Lukmanul hakim pernah menasehati anaknya tentang hidup. Nasehatnya sarat dengan muatan pendidikan yang baik yaitu tentang ibadah, akhlak moral dan lain-lain.
Berikut 25 pesan Luqmanul Hakim kepada anaknya, disamping nasehat-nasehat lainnya.

1 - Hai anakku: ketahuilah, sesungguhnya dunia ini bagaikan lautan yang dalam, banyak manusia yang karam ke dalamnya. Bila engkau ingin selamat, agar jangan karam, layarilah lautan itu dengan sampan yang bernama takwa, isinya ialah iman dan layarnya adalah tawakkal kepada Allah.

2 - Orang – orang yg sentiasa menyediakan dirinya untuk menerima nasihat, maka dirinya akan mendapat penjagaan dari Allah. Orang yang insyaf dan sadar setalah menerima nasihat orang lain, dia akan sentiasa menerima kemulian dari Allah juga.

3 - Hai anakku; orang yang merasa dirinya hina dan rendah diri dalam beribadat dan taat kepada Allah, maka dia tawadduk kepada Allah, dia akan lebih dekat kepada Allah dan selalu berusaha menghindarkan maksiat kepada Allah.

4 - Hai anakku; seandainya ibu bapamu marah kepadamu kerana kesilapan yang dilakukanmu, maka marahnya ibu bapamu adalah bagaikan baja bagi tanam tanaman.

5 - Jauhkan dirimu dari berhutang, karena sesungguhnya berhutang itu boleh menjadikan dirimu hina di waktu siang dan gelisah di waktu malam.

6 - Dan selalulah berharap kepada Allah tentang sesuatu yang menyebabkan untuk tidak mendurhakai Allah. Takutlah kepada Allah dengan sebenar benar takut. tentulah engkau akan terlepas dari sifat berputus asa dari rahmat Allah.

7. Hai anakku; seorang pendusta akan lekas hilang air mukanya karena tidak dipercayai orang dan seorang yang telah rusak akhlaknya akan sentiasa banyak melamunkan hal hal yang tidak benar. Ketahuilah, memindahkan batu besar dari tempatnya semula itu lebih mudah daripada memberi pengertian kepada orang yang tidak mau mengerti.

8 - Hai anakku; engkau telah merasakan betapa beratnya mengangkat batu besar dan besi yang amat berat, tetapi akan lebih berat lagi daripada semua itu, adalah bilamana engkau mempunyai tetangga yang jahat.

9 - Hai anakku; janganlah engkau mengirimkan orang yg bodoh sebagai utusan. Maka bila tidak ada orang yang cerdik, sebaiknya dirimulah saja yang layak menjadi utusan.

10 - Jauhilah bersifat dusta, sebab dusta itu mudah dilakukan, bagaikan memakan daging burung, padahal sedikit saja berdusta itu telah memberikan akibat yang berbahaya.

11 - Hai anakku; bila engkau mempunyai dua pilihan, takziah orang mati atau hadir majlis perkarwinan, pilihlah untuk menziarahi orang mati, sebab ianya akan mengingatkanmu kepada kampung akhirat sedang kan menghadiri pesta perkarwinan hanya mengingatkan dirimu kepada kesenangan duniawi saja.

12 - Janganlah engkau makan sampai kenyang yang berlebihan, karena sesungguhnya makan yang terlalu kenyang itu adalah lebih baiknya bila makanan itu diberikan kepada anjing saja.

13 - Hai anakku; janganlah engkau langsung menelan saja karena manisnya barang dan janganlah langsung memuntahkan saja pahitnya sesuatu barang itu, kerana manis belum tentu menimbulkan kesegaran dan pahit itu belum tentu menimbulkan kesengsaraan.

14 - Makanlah makananmu bersama sama dengan orang orang yang takwa dan musyawarahlah urusanmu dengan para alim ulama dengan cara meminta nasihat dari mereka.

15 - Hai anakku; bukanlah satu kebaikan namanya bilamana engkau selalu mencari ilmu tetapi engkau tidak pernah mengamalkannya. Hal itu tidak ubah bagaikan orang yg mencari kayu bakar, maka setelah banyak ia tidak mampu memikulnya, padahal ia masih mau menambahkannya.

16 - Hai anakku; bilamana engkau mau mencari kawan sejati, maka ujilah terlebih dahulu dengan berpura pura membuat dia marah. Bilamana dalam kemarahan itu dia masih berusaha menginsyafkan kamu, maka bolehlah engkau mengambil dia sebagai kawan. Bila tidak demikian, maka berhati hatilah.

17 - Selalulah baik tutur kata dan halus budi bahasamu serta manis wajahmu, dengan demikian engkau akan disukai orang melebihi sukanya seseorang terhadap orang lain yang pernah memberikan barang yang berharga.

18 - Hai anakku; bila engkau berteman, tempatkanlah dirimu padanya sebagai orang yang tidak mengharapkan sesuatu daripadanya. Namun biarkanlah dia yang mengharapkan sesuatu darimu.

19 - Jadikanlah dirimu dalam segala tingkah laku sebagai orang yang tidak ingin menerima pujian atau mengharap sanjungan orang lain karena itu adalah sifat riya’ yang akan mendatangkan cela pada dirimu.

20 - Hai anakku; janganlah engkau condong kepada urusan dunia dan hatimu selalu disusahkan olah dunia saja karena engkau diciptakan ALLAH bukanlah untuk dunia saja. Sesungguhnya tiada makhluk yang lebih hina daripada orang yang terpedaya dengan dunianya.

21 - Hai anakku; usahakanlah agar mulutmu jangan mengeluarkan kata kata yang busuk dan kotor serta kasar, karena engkau akan lebih selamat bila berdiam diri. Kalau berbicara, usahakanlah agar bicaramu mendatangkan manfaat bagi orang lain.

22 - Hai anakku; janganlah engkau mudah ketawa kalau bukan karena sesuatu yang menggelikan, janganlah engkau berjalan tanpa tujuan yang pasti, janganlah engkau bertanya sesuatu yang tidak ada guna bagimu, janganlah mensia-siakan hartamu.

23 - Barang siapa yang penyayang tentu akan disayangi, siapa yang pendiam akan selamat daripada berkata yang mengandungi racun, dan siapa yang tidak dapat menahan lidahnya dari berkata kotor tentu akan menyesal.

24 - Hai anakku; bergaullah rapat dengan orang yang alim lagi berilmu. Perhatikanlah kata nasihatnya karena sesungguhnya sejuklah hati ini mendengarkan nasihatnya, hiduplah hati ini dengan cahaya hikmah dari mutiara kata katanya bagaikan tanah yang subur lalu disirami air hujan.

25 - Hai anakku; ambillah harta dunia sekedar keperluanmu saja, dan nafkahkanlah yang selebihnya untuk bekal akhiratmu. Jangan engkau tendang dunia ini ke keranjang atau bakul sampah karena nanti engkau akan menjadi pengemis yang membuat beban orang lain. Sebaliknya janganlah engkau peluk dunia ini serta meneguk habis airnya karena sesungguhnya yang engkau makan dan pakai itu adalah tanah belaka. Janganlah engkau bertemankan dengan orang yang bersifat dua muka, kelak akan membinasakan dirimu.

Rabu, 11 Januari 2012

Tertib Dalam Amalan

Tertib Dalam Amalan : Syariat, Tarikat, Hakikat, Makrifat

Kalau Tuhan tidak 'wujud' di dalam ibadah, lama kelamaan, Tuhan akan bertambah jauh dan bertambah jauh. Lebih-lebih lagi kalau tujuan dan niat ibadah itu adalah untuk dipuji, untuk disanjung, dan kerana sebab-sebab lain yang berbentuk duniawi. Sudah tentu ia tidak akan ada nilai apa-apa. Malahan ibadah seperti ini akan Allah lemparkan semula ke muka pengamalnya beserta dengan laknat-Nya sekali. lebih banyak dia beribadah, dia makin sombong, angkuh, riyak, ujub, rasa diri mulia, rasa diri baik dan sebagainya. Lagi banyak dia beribadah, dia memandang orang lain hina, jahat dan tidak berguna.

Beramal dalam Islam ada tertibnya. Ada “progression”nya dari satu tahap ke tahap yang lebih tinggi. dimulai dengan Syariat, kemudian dengan Tariqat, diikuti pula dengan Hakikat dan diakhiri dengan Makrifat.

1. Syariat.

Ini adalah ilmu. Ia melibatkan ilmu tentang peraturan, hukum-hakam, halal haram, sah batal dan sebagainya. Ilmu perlu dalam beramal. Tanpa ilmu, kita tidak tahu bagai mana kita hendak beramal sesuai dengan perintah Allah. Kalaupun kita sudah cinta dan takut dengan Tuhan dan kita terdorong untuk menyembah-Nya, kita tidak boleh berbuat demikian berbuat sesuka hati kita atau mengikuti cara yang kita buat sendiri. Tuhan tidak terima, kita harus mengikuti cara yang ditetapkan oleh Islam dan kita mesti belajar. Amalan tanpa ilmu itu tertolak. Ilmu atau syariat ini ibarat biji benih.

2. Tariqat.

Ini adalah peringkat menghidupkan ilmu menjadi amalan secara istiqamah dan bersungguh-sungguh, difahami, dihayati. Ilmu [syariat] yang ada perlu dilaksanakan. Pengamalan ilmu ini dinamakan juga tariqat wajib dan ia tidak sama maksudnya dengan tariqat sunat yang mengandungi wirid-wirid dan zikir-zikir yang menjadi amalan setengah pengamal-pengamal sufi. Tariqat ini ibarat kita menanam biji benih tadi [syariat] hingga ia bercambah, tumbuh dan menjadi sebatang pokok yang bercabang dan berdaun.

3.Hakikat.

Hakikat adalah buah dari syariat, kemudian kita amalkan syariat itu hingga ia naik ke peringkat tariqat, yakni ia menjadi sebatang pokok yang bercabang dan berdaun, maka kalau cukup syarat-syaratnya maka pokok itu akan menghasilkan buah.

Buah tariqat adalah akhlak dan peningkatan peringkat nafsu atau pencapaian maqam-maqam mahmudah. Boleh jadi ia menghasilkan maqam sabar, maqam ridha, maqam tawakkal, maqam tawadhuk, maqam syukur dan berbagai-bagai maqam lagi. Boleh jadi hanya satu maqam saja [sebiji buah saja atau boleh jadi akan menjadi beberapa maqam berbeda dari satu pokok yang sama.

Hakikat juga adalah satu perubahan jiwa atau perubahan peringkat nafsu hasil dari syariat dan tariqat yang dibuat dengan bersungguh-sungguh, istiqamah, faham dan dihayati.

4. Makrifat.

Ini adalah hasil dari hakikat, yaitu hal-hal hakikat yang dapat dikerjakan secara istiqamah. Ia adalah satu tahap kemajuan rohaniah yang tertinggi hingga dapat benar-benar mengenal Allah dan rahasia-rahasia-Nya. Orang yang sudah sampai ke tahap ini digelar Al Arifbillah.

Kalau kita lihat dengan teliti, tertib dalam amalan ini bermula dari yang lahir dan berakhir dengan yang batin.

Syariat dan tariqat itu terletak dalam kawasan lahir.

Hakikat dan makrifat pula menjangkau ke alam batin yaitu ke dalam hati dan rohani.

Kita juga dapat melihat bahwa peringkat syariat dan tariqat adalah peringkat-peringkat yang agak mudah untuk dicapai kerana ia hanya melibatkan usaha lahir. Tetapi untuk mencapai peringkat hakikat dan makrifat, agak lebih sukar dan lebih rumit.

Kesukaran ini pertama, ia memerlukan istiqamah dalam beramal dan kedua kerena ia memerlukan juga amalan batin atau amalan hati atau apa yang dinamakan hikmah. Amalan yang berhikmah ialah amalan yang dihayati dan dijiwai, yang mempunyai roh dan rasa-rasa. Tanpa keduanya perkara ini yaitu istiqamah dan hikmah, tariqat tidak akan dapat melonjak ke peringkat hakikat dan seterusnya ke peringkat makrifat.

Itu sebabnya banyak orang yang sukses sampai ke peringkat tariqat yaitu boleh berilmu dan beramal tetapi berhenti di situ sampai tua tanpa dapat meningkat ke peringkat hakikat. Sudah beramal selama 50 hingga 60 tahun tetapi tidak juga lahir akhlak dan tidak juga dapat mencapai maqam-maqam mahmudah. Dalam arti yang lain, mereka sudah beribadah berpuluh-puluh tahun tetapi ibadah mereka belum menghasilkan buah yaitu akhlak.

Istiqamah.

Ini adalah salah satu syarat atau tuntutan untuk mencapai hakikat. Istiqamah ialah tetap dalam beramal. amalan lahir dan amalan batin atau hati. Istiqamah itu perlu dalam amalan lahir mahupun amalan batin. Malahan istiqamah dalam amalan batin lebih dituntut.

Istiqamah dalam amalan lahir agak mudah.banyak orang yang istiqamah dalam sembahyang, dalam berpuasa, dalam berzakat dan sebagainya.banyak yang tidak meninggalkan sembahyang, puasa. Tetapi istiqamah dalam amalan batin adalah lebih sukar dan rumit. Istiqamah dalam amalan batin ini banyak yang tidak mampu melakukannya walaupun sudah istiqamah dalam amalan lahir.

Banyak orang yang sabar tapi tidak istiqamah dalam bersabar. uang hilang boleh sabar. Sakit dan demam boleh sabar. tetapi kalao jatuh miskin dan ada yang menghina,dia tidak sabar.

Banyak orang yang bersyukur. bila Dapat uang,naik pangkat, mempunyai anak juga bersyukur, tapi tidak mampu bersyukur bila dapat melaksanakan ibadah dan kebaikan, dan bila terhindar dari berbuat maksiat dan kejahatan.

Banyak orang jadi pemaaf kalau yang meminta maaf itu kawannya, isterinya atau anaknya. Tapi kalau yang meminta maaf itu musuh atau lawannya, susah untuk maafkan.

Banyak orang yang berbuat baik kepada kawannya, sanak-saudaranya, ibu dan ayahnya yang selalu berbuat baik padanya tetapi tidak sanggup berbuat baik kepada orang yang berbuat jahat padanya.

Banyak orang yang bertegur sapa dengan kawan-kawannya tetapi dia tidak bertegur sapa dengan orang yang dibencinya. Begitulah seterusnya.

Sangat susah dan payah untuk kita beristiqamah dalam amalan hati. Justeru itu ia tidak dapat dijadikan pakaian atau ia tidak dapat mendarah mendaging. Itulah sebabnya istiqamah itu, terutamanya istiqamah batiniah sangat dipandang besar. Ia dianggap satu keramat.

Ada hadis yang maksudnya lebih kurang ;
"janganlah kamu meminta jadi wali, tapi mintalah istiqamah"

Amalan yang tidak istiqamah tidak akan ada kesan apa-apa pada hati. Amalan yang istiqamah, walaupun sedikit akan tetap ada kesan pada hati.

Ibarat air yang menitik ke atas batu, lama kelamaan batu itu akan terlekuk jua. Tetapi air banjir yang besar yang melanda batu sekali dalam setahun tidak akan memberi kesan apa apa kepada batu itu.

Istiqamah adalah tanda ikhlas. Kalau sesuatu amalan itu tidak ikhlas, ia sukar untuk diistiqamahkan.

Seperti kata para hukama [ahli hikmah] ;
"Hidupnya [kekalnya] amal kerana ikhlas."

Oleh karena itu, istiqamah batiniah lebih memberi kesan kepada hati daripada istiqamah lahiriah. Itu sebabnya istiqamah batiniah lebih dituntut dan lebih utama. Ia adalah amalan hati dan kerana itu ia mempunyai kesan yang langsung dan terus kepada hati.

Hikmah.

Ia adalah syarat atau tuntutan kedua untuk mencapai hakikat. Hikmah di sini bukan bermaksud bijaksana. Kalau bijaksana, orang Arab akan sebut "Abqoriah". Hikmah ialah ilmu dalam ilmu. Hikmah adalah rasa dan penghayatan. Ia adalah rasa yang Allah campakkan ke dalam hati.

Kalau ilmu lahir itu dikendalikan oleh akal, hikmah ialah ilmu yang dikendalikan oleh roh atau hati.

Pengikut