"Lagu Panggilan Jihad.mp3"

Sabtu, 22 Januari 2011

Agar Tetap Tegar Ketika Tertimpa Musibah

Musibah sudah ditakdirkan Allah untuk ujian manusia, Dengan Musibah itu apakah manusia syukur atau kufur. Musibah di wilayah lain di bumi juga terjadi dalam wujud yang berlainan. Kepada masyarakat yang terkena musibah disarankan agar tetap sabar, tabah, tawakal dan menerima dengan hati yang ikhlas, Insya allah akan selalu ada pertolongan Allah.

Adapun tips agar seseorang tetap tegar dan tidak stress ketika tertimpa musibah di antaranya adalah :

1- Hendaknya ia mengetahui, bahwa dunia adalah tempat ujian dan cobaan.

2- Harus dipahami bahwa musibah adalah merupakan sebuah ketetapan atau sunnatullah.

3- Memahami bahwa di sana masih ada musibah yang lebih besar dan banyak jumlahnya.

4- Mengambil pelajaran dari keadaan orang-orang yang tertimpa musibah yang sama, karena hal itu akan mendatangkan ketenangan.

5- Memandang keadaan orang-orang yang tertimpa musibah yang lebih besar dari musibah yang menimpanya, sehingga ia lebih bersyukur karena musibah yang menimpanya ternyata masih ringan.

6- Berdo’a dan mengharapkan ganti yang lebih baik, dari apa yang telah hilang darinya. Jika yang menimpanya sesuatu yang dapat tergantikan dengan yang lain seperti hilangnya harta, meninggalnya anak, pasangan hidup atau yang semisalnya.

7- Mengharap pahala dan balasan kebaikan dari Allah Ta’ala dengan bersabar.

8- Hendaknya seorang hamba tahu bahwa bagaimana pun berjalannya sebuah ketetapan atau taqdir adalah merupakan sesuatu yang terbaik bagi dirinya.

9- Mengetahui bahwa beratnya cobaan dan dahsyatnya ujian hal itu adalah dikhususkan bagi orang-orang pilihan. Jika hal itu terjadi terhadap orang yang ahli ibadah, maka hal itu menunjukkan bahwa ia adalah termasuk pilihan.

10- Memahami bahwa ia adalah seorang hamba makhluk yang dimiliki dan seseorang yang dimiliki tidaklah ia memiliki dirinya sedikit pun.

11- Musibah yang terjadi adalah berdasarkan ridha dari Yang Empunya Allah, maka sudah merupakan kewajiban bagi seorang hamba untuk ridha terhadap apa yang diridhai oleh Allah Subhanahu wata’ala.

12- Mengoreksi diri ( Muhasabah ) ketika ia bersedih akibat musibah. Hal tersebut adalah sesuatu yang perlu dilakukan.

Memahami bahwa musibah adalah hanya sesaat saja, seolah-olah ia tidak pernah terjadi. Mungkin bisa dibenarkan orang yang mengatakan,Badai pasti berlalu.

Allah tidak akan menimpakan musibah kepada kita di luar kemampuan hambanya..

Jumat, 14 Januari 2011

Bahagianya Penderitaan

Setiap kali kita mengalami peristiwa yang membuat kita bersedih atau menderita seringkali kita menutupinya atau menekan perasaan kita agar tidak terlihat lemah atau takut dianggap sebagai orang yang lemah iman sehingga bila ditanya 'apa kabar? kemudian kita menjawab, 'baik..!' Tanpa kita sadari kita menolak penderitaan.

Dilingkungan kita berada bila terjadi peristiwa duka cita, kehilangan orang yang kita cintai biasanya ada ungkapan, 'sudahlah, jangan menangis. Ikhlaskan saja kepergiannya.' atau ada juga yang mengatakan, 'kayak bukan orang beriman saja, begitu kok menangis.' Itulah sebabnya kita menekan perasaan kita, menekan emosi kita, tidak menunjukkan menangis di depan umum agar kita tidak dianggap sebagai orang yang lemah bahkan dianggap sebagai orang yang kufur.

Padahal bila kita memahami lebih dalam setiap duka cita dan penderitaan yang kita alami sesungguhnya banyak manfaatnya dalam hidup kita. Penderitaan dan duka cita yang sering kita alami sesungguhnya bukan kelemahan melainkan sebuah kekuatan yang ada di dalam diri kita. Ada beberapa manfaat di dalam penderitaan yang kita rasakan sebagai kekuatan.

Pertama, setiap penderitaan mengandung hikmah. Pengalaman duka cita atau yang kita rasakan sebagai penderitaan justru mengajarkan kita pada limpahan kasih sayang Allah Subhanahu Wa ta'ala agar kita semakin dekat dan taat kepadaNya, dengan demikian limpahan kasih sayang Allah akan memenuhi hati kita dan hati kita memancarkan kasih sayangNya untuk semua orang yang disekeliling kita. Beliau shallallâhu 'alaihi wa sallam juga pernah bersabda:

"Sesungguhnya besarnya pahala tergantung dengan besarnya ujian. Sesungguhnya, apabila Allah mencintai suatu kaum, maka Dia akan mengujinya. Barang siapa yang rida dengan ujian itu maka ia akan mendapat keridaan-Nya. Barang siapa yang membencinya maka ia akan mendapatkan kebencian-Nya." (HR At-Tirmidzi no. 2396 dan Ibnu Mâjah no. 4031)


Kedua, penderitaan yang kita rasakan menjadikan kebahagiaan kita menjadi sempurna. Kebahagiaan sejati pada dasarnya adalah mengalami kegembiraan dan penderitaan secara seimbang. Hidup menjadi dinamis ketika semuanya datang silih berganti antara kebahagiaan dan penderitaan. Seperti saat kita setelah meminum kopi pahit, madu akan terasa lebih manis.

Ketiga, penderitaan membuat kita semakin peka terhadap penderitaan orang lain. Kita menjadi memiliki empati dan menghormati orang lain sebagai hamba Allah yang sama-sama dimuliakan. Kita tidak berani menghina, melecehkan, atau mencemooh orang lain karena kita merasakan betapa pahitnya sebuah penderitaan.

Keempat, ketika hati kita remuk redam, ingin menangis menangislah sesungguhnya apa yang kita rasakan sakitnya, dengan menangis merupakan salah satu cara untuk membersihkan hati kita dan juga menghapus dosa yang pernah kita lakukan. Menangislah kepada Allah agar diberikan kesabaran dalam menjalani hidup ini sebagaimana sabda Rasulullah :

"Ujian itu akan selalu menimpa seorang hamba sampai Allah membiarkannya berjalan di atas bumi dengan tidak memiliki dosa." (HR At-Tirmidzi no.2398 , An-Nasâ'i di As-Sunan Al-kubrâ no. 7482 dan Ibnu Mâjah no. 4523)

Dan Allah SWT berfirman:

"Apa yang disisimu akan lenyap dan apa yang disisi Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya Kami memberikan balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (QS. an- Nahl : 96).

( FAFIRRU ILAALLAH )

Pengikut