"Lagu Panggilan Jihad.mp3"

Selasa, 20 April 2010

Mewujudkan Ibadah

Peribadatan kepada Allah merupakan tujuan diciptakannya seorang hamba. Lalu bagaimanakan cara mewujudkannya?

1. Meminta Tolong Kepada Allah Azza Wa Jalla.
Jika beribadah kepada Allah Azza wa Jalla merupakan tujuan dan keinginan akhir seorang hamba, maka dia akan bertawajjuh (menghadap) kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, agar Allah menolongnya dalam beribadah dan agar Allah memberikan hidayah kepadanya untuk mampu menunaikan hak-hak Allah Azza wa Jalla. Karenanya meminta tolong kepada Allah agar bisa mencapai ridhaNya merupakan permintaan yang paling utama.

Jika engkau konsisten beribadah kepada Allah dan engkau masukkan dirimu ke dalam peribadatan kepadanya, maka Dia Azza wa Jalla akan membantumu. Jadi masuknya dirimu ke dalam pengabdian kepada Allah merupakan sebab untuk mendapatkan pertolongan dari Allah Subhanahu wa Ta'ala. Semakin sempurna peribadatan seorang hamba, maka semakin besar pula ia mendapatkan pertolongan dari Allah Azza wa Jalla.

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

"Hanya kepadaMu kami beribadah dan hanya kepadaMu kami memohon pertolongan".

2. Sabar Dalam Beribadah
Orang yang tujuan akhirnya adalah Allah, ia pasti akan memiliki semangat yang tinggi. Dia kumpulkan semangatnya. Dia siapkan kemampuannya, dan ia singkirkan tuntutan hawa nafsunya, supaya ia bisa naik pada posisi tinggi di hadapan Allah Azza wa Jalla, Dzat yang dicintai dan ditaatinya. Ia juga akan memperbaiki kesalahan-kesalahan di jalan, agar tetap mapan di peringkat ini.

Ya, itu merupakan perbuatan sulit; sulitnya mengumpulkan, menyiapkan dan melepaskan diri dari segala yang menghalangi ibadah …

Namun, itu juga merupakan kenikmatan yang tidak bisa dirasakan, kecuali oleh orang yang sudah merasakan nikmat dan manisnya perbuatan itu. … Akan tetapi, itu semua tidak akan bisa didapatkan, kecuali dengan kerja keras. Jika engkau sudah mampu melewati masa-masa sulit itu, maka ia akan memberimu keharuman, sehingga tertebarlah bau wanginya. Engkaupun menjadi orang yang pantas berada pada posisi itu, dan engkau termasuk orang yang bisa memahaminya dengan pemahaman yang sebenarnya.

Allah Azza wa Jalla berfirman,

فَاعْبُدُوْهُ وَاصْطَبِرْ لِعِبَادَتِهِ

"Maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadat kepadaNya".[Maryam:65].

Perbuatan ibadah dalam Islam itu, mencakup semua kegiatan, gerakan, kesibukan, niat dan arah. Sungguh (betapa) sulit bagi seorang manusia mengarahkan semua itu hanya kepada Allah Azza wa Jalla. Sebuah kesulitan yang membutuhkan kesabaran. Dan sebuah jalan yang membutuhkan kesungguh-sungguhan, agar hati bisa terbebas dari noda-noda hawa nafsu, tipuan syethan dan keburukan jiwa.

Namun, siapapun yang menanam keikhlasan, ia pasti akan menuai keselamatan. Dan siapapun yang menanam benih ittiba’ (mengikuti Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam), ia akan memetik hasil kebenaran dalam berkata dan berbuat. Dan barangsiapa yang menjaga (syari’at) Allah, Allah Azza wa Jalla pasti akan menjaganya.

3. Muraqabatullah (Merasa Selalu Dalam Pengawasan Allah)
Ini adalah tingkatan ihsan. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam memberikan isyarat kepada tingkatan ihsan ini dalam hadits Jibril yang panjang, ketika Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam ditanya tentang ihsan, beliau bersabda:

أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ

"(Ihsan adalah) engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihatNya, jika engkau tidak melihatNya, maka sesungguhnya Dia melihat engkau".

Ada yang mengatakan, ungkapan itu merupakan pengungkapan alasan bagi perkara yang pertama (yaitu engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatNya). Sesungguhnya seorang hamba jika diperintahkan untuk muraqabatullah (merasa diawasi oleh Allah Azza wa Jalla) dalam ibadahnya dan merasakan kedekatan Allah kepada hambaNya sampai seakan-akan ia melihatNya, maka ini terkadang sulit bagi seorang hamba. Untuk mewujudkan ini semua, seorang hamba bisa memanfaatkan keyakinannya, bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala senantiasa melihatnya. Allah mengetahui perbuatan hamba yang dikerjakan dengan sembunyi-sembunyi dan dengan terang-terangan. Allah mengetahui hati dan zhahirnya. Tidak ada sesuatupun yang luput dari pengetahuan Allah Azza wa Jalla.

Ibnul Qayyim Al Jauziyah rahimahullah mengatakan, “Orang yang mencapai tingkatan ini, seakan bisa melihat RabbNya Azza wa Jalla di atas langit, di atas ‘ArsyNya sedang mengawasi hamba-hambaNya. Dia melihat mereka. Allah mendengar ucapan-ucapan mereka dan Allah melihat zhahir dan bathin mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengikut