"Lagu Panggilan Jihad.mp3"

Senin, 13 Desember 2010

TAUHID MERUPAKAN FITRAH MANUSIA

Allah berfirman:“Katakanlah: Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup, dan siapakah yang mengatur segala urusan? Maka mereka akan menjawab: "Allah". Maka katakanlah: Mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-Nya)?" (Yunus:31) 10)

Sesungguhnya syahadat tauhid telah tertanam pada jiwa manusia sejak lahir. Namun fitroh untuk beribadah ini dirusak oleh bujuk rayu syaithon di kemudian hari, sehingga berpaling dari tauhid kepada syirik, dari fitrah taat menjadi maksiyat. Para syaithan baik dari kalangan jin dan manusia bahu-membahu untuk menyesatkan manusia dengan sejuta cara.

Rosulullah bersabda, "Setiap anak yang lahir, dilahirkan atas fitroh, maka kedua orang tuanya yang menjadikannya Yahudi atau Nashroni atau Majusi" (HR.Al-Bukhori) 11) “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah di atas) fitroh Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitroh itu.

Tidak ada perubahan pada fitroh Allah." (Ar-Ruum:30) 12) "Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaithon-syaithon (dari jenis) manusia dan jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan yang indah-indah untuk menipu" (Al-An'am:112) 13)

Sehingga karakter asal yang tertanam pada diri manusia secara fitroh adalah bertauhid kepada Allah Sementara kesyirikan adalah yang datang kemudian. Jika manusia mengikuti fitrahnya yang suci selamatlah dia.

Namun jika tidak mengikutinya, tentu akan menikmati kesengsaraan hidup dan perselisihan, permusuhan di kalangan manusia. Allah berfirman:"Dahulu manusia itu adalah ummat yang satu. maka Allah mengutus para nabi sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan." (Al-Baqoroh: 213) 14)


"Dahulu manusia hanyalah ummat yang satu, kemudian mereka berselisih." (Yunus:19)15) Jarak antara Nabi Adam dan Nabi Nuh adalah sepuluh generasi yang seluruhnya berada di atas Islam. Lalu kesyirikan berawal pada masa itu. Maka Allah mengutus Nuh sebagai rosul yang pertama,"Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudian." (An-Nisaa`: 163) 16)

Dahulu bangsa Arab juga berada di atas agama Nabi Ibrahim yaitu tauhid. hingga datang `Amr bin Luhai Al-Khuza`i lalu merubah agama Nabi Ibrohim menjadi agama pagan. Melalui orang ini tersebar penyembahan terhadap berhala di Arab, terlebih khusus daerah Hijaz.

Maka Allah mengutus Nabi Muhammad sebagai nabi yang terakhir.Rosulullah menyeru manusia kepada agama tauhid, berjihad di jalan Allah dengan sebenar-benarnya. Sampai tegak kembali agama tauhid dan runtuhlah segala sesembahan terhadap berhala. Saat itulah Allah menyempurnakan agama dan nikmat-Nya bagi alam semesta.

Itulah fenomena sejarah perjalanan agama umat manusia sampai zaman ini. Hari-hari belakangan kesyirikan telah sedemikian dahsyat melanda kaum muslimin. Sedikit sekali di antara mereka orang yang mengerti tentang tauhid dan bersih dari syirik. As-Syaikh Abdurrohman bin Hasan Alu As-Syaikh pernah berkata: "Di awal umat ini jumlah orang yang bertauhid cukup banyak sedangkan di masa belakangan jumlah mereka sedikit". 17)

Kita mendapatkan perkara tauhid sebagai barang langka dalam kehidupan sebagian masyarakat muslimin. Tidak mudah kita menemuinya walaupun mereka mengaku sebagai muslimin. Maka perlu untuk membangkitkan kembali semangat bertauhid di tengah-tengah masyarakat. Karena tauhid adalah hak Allah yang paling wajib untuk ditunaikan oleh segenap manusia.

Allah berfirman:"Katakanlah: "Sesungguhnya orang-orang yang rugi ialah orang-orang yang merugikan diri mereka sendiri dan keluarganya pada hari kiamat". Ingatlah yang demikian itu adalah kerugian yang nyata." (Az-Zumar: 15) 18).

Rabu, 08 Desember 2010

Hukum mengamalkan Hizib dan memakai azimat

Mengamalkan doa-doa, hizib dan memakai azimat pada dasanya tidak lepas dari ikhtiar atau usaha seorang hamba, yang dilakukan dalam bentuk doa kepada Allah SWT. Jadi sebenanya, membaca hizib, dan memakai azimat, tidak lebih sebagai salah satu bentuk doa kepada Allah SWT. Dan Allah SWT sangat menganjurkan seorang hamba untuk berdoa kepada-Nya. Allah SWT berfirman:
اُدْعُوْنِيْ أَسْتَجِبْ لَكُمْ
‘Berdoalah kepada Ku, niscya Aku akan mengabulkannya untukmu. (QS Al-Ghafir: 60)
Ada beberapa dalil dari hadits Nabi yang menjelaskan kebolehan ini. Di antaranya adalah:
عَنْ عَوْفِ بْنِ مَالِكٍ الأشْجَعِي، قَالَ:” كُنَّا نَرْقِيْ فِيْ الجَاهِلِيَّةِ، فَقُلْنَا: يَا رَسُوْلَ اللهِ كَيْفَ تَرَى فِي ذَلِكَ؟ فَقَالَ: اعْرِضُوْا عَلَيّ رُقَاكُمْ، لَا بَأْسَ بِالرُّقَى مَا لَمْ يَكُنْ فِيْهِ شِرْكٌ

Dari Auf bin Malik al-Asja’i, ia meriwayatkan bahwa pada zaman Jahiliyah, kita selalu membuat azimat (dan semacamnya). Lalu kami bertanya kepada Rasulullah, bagaimana pendapatmu (ya Rasul) tentang hal itu. Rasul menjawab, ”Coba tunjukkan azimatmu itu padaku. Membuat azimat tidak apa-apa selama di dalamnya tidak terkandung kesyirikan.” (HR Muslim [4079]).
Dalam At-Thibb an-Nabawi, al-Hafizh al-Dzahabi menyitir sebuah hadits:

Dari Abdullah bin Umar, bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda, ”Apabila salah satu di antara kamu bangun tidur, maka bacalah (bacaan yang artinya) Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah SWT yang sempurna dari kemurkaan dan siksaan-Nya, dari perbuatan jelek yang dilakukan hamba-Nya, dari godaan syetan serta dari kedatangannya padaku. Maka syetan itu tidak akan dapat membahayakan orang tersebut.” Abdullah bin Umar mengajarkan bacaan tersebut kepada anak­anaknya yang baligh. Sedangkan yang belum baligh, ia menulisnya pada secarik kertas, kemudian digantungkan di lehernya. (At-Thibb an-Nabawi, hal 167).
Dengan demikian, hizib atau azimat dapat dibenarkan dalam agama Islam. Memang ada hadits yang secara tekstual mengindikasikan keharaman meoggunakan azimat, misalnya:
عَنْ عَبْدِ اللهِ قاَلَ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّي اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إنَّ الرُّقًى وَالتَّمَائِمَ وَالتَّوَالَةَ شِرْكٌ
Dari Abdullah, ia berkata, Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, “’Sesungguhnya hizib, azimat dan pelet, adalah perbuatan syirik.” (HR Ahmad [3385]).
Mengomentari hadits ini, Ibnu Hajar, salah seorang pakar ilmu hadits kenamaan, serta para ulama yang lain mengatakan:
“Keharaman yang terdapat dalam hadits itu, atau hadits yang lain, adalah apabila yang digantungkan itu tidak mengandung Al-Qur’an atau yang semisalnya. Apabila yang digantungkan itu berupa dzikir kepada Allah SWT, maka larangan itu tidak berlaku. Karena hal itu digunakan untuk mengambil barokah serta minta perlindungan dengan Nama Allah SWT, atau dzikir kepado-Nya.” (Faidhul Qadir, juz 6 hal 180-181)
lnilah dasar kebolehan membuat dan menggunakan amalan, hizib serta azimat. Karena itulah para ulama salaf semisal Imam Ahmad bin Hanbal dan Ibnu Taimiyyah juga membuat azimat.
A-Marruzi berkata, ”Seorang perempuan mengadu kepada Abi Abdillah Ahmad bin Hanbal bahwa ia selalu gelisah apabila seorang diri di rumahnya. Kemudian Imam Ahmad bin Hanbal menulis dengan tangannya sendiri, basmalah, surat al-Fatihah dan mu’awwidzatain (surat al-Falaq dan an-Nas).” Al-Marrudzi juga menceritakan tentang Abu Abdillah yang menulis untuk orang yang sakit panas, basmalah, bismillah wa billah wa Muthammad Rasulullah, QS. al-Anbiya: 69-70, Allahumma rabbi jibrila dst. Abu Dawud menceritakan, “Saya melihat azimat yang dibungkus kulit di leher anak Abi Abdillah yang masih kecil.” Syaikh Taqiyuddin Ibnu Taimiyah menulis QS Hud: 44 di dahinya orang yang mimisan (keluar darah dati hidungnya), dst.” (Al-Adab asy-Syar’iyyah wal Minah al-Mar’iyyah, juz II hal 307-310)
Namun tidak semua doa-doa dan azimat dapat dibenarkan. Setidaknya, ada tiga ketentuan yang harus diperhatikan.
1. Harus menggunakan Kalam Allah SWT, Sifat Allah, Asma Allah SWT ataupun sabda Rasulullah SAW
2. Menggunakan bahasa Arab ataupun bahasa lain yang dapat dipahami maknanya.
3. Tertanam keyakinan bahwa ruqyah itu tidak dapat memberi pengaruh apapun, tapi (apa yang diinginkan dapat terwujud) hanya karena takdir Allah SWT. Sedangkan doa dan azimat itu hanya sebagai salah satu sebab saja.” (Al-Ilaj bir-Ruqa minal Kitab was Sunnah, hal 82-83).

Sabtu, 20 November 2010

Ciri Ciri Haji Mabrur

Haji mabrur adalah haji yang diterima oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Tanda-tandanya banyak. Di antaranya adalah hendaknya nafkah (biaya) haji tersebut dari hasil usaha yang halal karena nafkah menjadi poros penting dalam kehidupan manusia, terlebih lagi dalam urusan haji.

Haji mabrur merupakan idaman setiap orang yang menunaikan ibadah haji, Bukan saja karena besar pahalanya berupa surga jannatunna’im, tapi juga ampunan Allah dan keridhoannya merupakan hal penting untuk setiap muslim yang mengharapkan kehidupan bahagia di dunia dan di akhirat.

Haji, sebagai kewajiban kaum Muslim yang mampu, mestilah dikerjakan untuk menyempurnakan rukun Islam. Untuk melakukan ibadah haji, mesti menghindari sifat sombong, menang sendiri, ujub, takabur, dan memperbanyak rendah hati, pengakuan hati terhadap kebesaran ALLOH SWT.

Setiap ibadah mempunyai ilmunya, dan jika kita beribadah tidak sesuai dengan tuntunan yang ada, maka sia-sialah ibadah yang kita lakukan. Demikian pula dengan haji, ilmu ibadahnya tidak boleh disepelekan, karena untuk berhaji sudah mengorbankan banyak hal, mulai materi, tenaga dan waktu.

Ciri-ciri haji mabrur, diantaranya:
1. Ada peningkatan ibadah kepada ALLAH SWT
2. Berhenti melakukan perbuatan maksiat dan perbuatan lain yg menjerumuskan dirinya ke jurang kehancuran
3. Tidak silau (ditipu) oleh dunia. Kesibukan di dunia tidak akan melalaikan ibadahnya kepada ALLAH SWT
4. Terputus dari teman2 yang jahat
5. Mau menafkahkan hartanya di jalan ALLAH SWT.

Dengan begitu, hajinya menjadi titik tolak baginya kearah kebaikan, dan selalu menjadi peringatan baginya untuk memeperbaiki jalan hidupnya.

Minggu, 07 November 2010

Obati Setres Dengan Mengingat Allah

"Sesungguhnya mengingat ALLAH itu menenangkan hati", demikian firman-Nya dalam kitab suci Al-Quran. Dengan banyak mengingat ALLAH, hati akan menjadi tenang dan kita pelan-pelan akan dapat mengendalikan stress

Orang-orang yang hatinya tenang akan selalu menahan diri dari sikap mencari masalah. Dia akan selalu memandang permasalahan hidup secara positif, realistis dengan kemampuan diri terbuka dan hidupnya teratur sebagaimana yang sudah menjadi sunnatullah.

Adapun solusi yang ditawarkan Islam adalah dzikrullah atau ingat kepada Allah swt. Sesungguhnya mengingat Allah swt. itu menenangkan hati. Demikian firman-Nya dalam kitab suci Al-Qur'an dalam surat Ar-Rad Ayat 28 yang artinya: “(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.

Dengan banyak mengingat Allah, hati akan menjadi tenang dan kita pelan-pelan akan dapat mengendalikan stres.” Kondisi zaman yang serba sulit seperti sekarang ini membuat banyak orang di Indonesia terjangkit penyakit stres. Karena itu jangan heran, jika kita akan menemukan angka peningkatan orang-orang yang mengalami gangguan jiwa. Sesungguhnya, stres tidak hanya disebabkan oleh peristiwa buruk. Semua perubahan yang berhubungan dengan fisik dan psikis seseorang dapat menyebabkan stres.

Dzikrullah bukan hanya sebatas melafalkan tasbih, tahmid, takbir, tahlil dan kalimat-kalimat suci lainnya. Dalam arti yang lebih luas, segala amal perbuatan yang menghadirkan Allah swt. yaitu minimal diawali dengan basmallah dan diakhiri dengan hamdallah, termasuk mengingat Allah swt. Makin tinggi intensitas perbuatan itu makin tenanglah hati. Dengan demikian bagi seorang mukmin, stres sama halnya memberi peluang untuk makin mendekatkan diri kepada Allah swt. Yang perlu diingat, jati diri seorang mukmin yaitu apabila mendapat sesuatu yang menyenangkan hati dia bersyukur kepada Allah. Sebaliknya apabila mendapat sesuatu yang tidak menyenangkan hati, akan ikhlas menerimanya. Itulah yang melahirkan ketenangan dan ketentraman hati.

Tekanan hidup memang tidak akan pernah berhenti. Kualitas pribadi seseorang akan tampak ketika dia menghadapi permasalahan. Keimanan kepada Allah merupakan faktor utama yang membuat kita sehat.

Cobalah kita bertanya dalam hati kita masing-masing, mengapa Rasulullah tidak pernah sakit seumur hidupnya? Karena Rasulullah tidak pernah mengalami stres berat. Mengapa Rasulullah tidak pernah stres berat? Karena hati Rasulullah senantiasa tenang. Mengapa Rasulullah selalu diberi ketenangan hati? Karena Rasulullah selalu mengingat Allah di sepanjang kehidupannya. Berserah pada kehendak Allah adalah sikap dasar dalam menghadapi segala permasalahan.




Sabtu, 06 November 2010

Puasa Arafah

Dalil Puasa Arafah : “(Puasa Arafah) menghapus dosa-dosa setahun yang lalu dan yang akan datang.” (HR. Muslim)

berkata Al-Maawardiy dalam Al-Haawiy bahwasannya hadits ini mempunyai dua penafsiran. Pertama, Allah ta’ala mengampuni dosa-dosanya selama dua tahun; Kedua, Allah ta’ala menjaganya untuk tidak berbuat dosa selama dua tahun. As-Sarkhaasiy berkata : ‘Adapun tahun pertama, maka dosa-dosanya akan diampuni’. Ia melanjutkan : ‘Para ulama berbeda pendapat mengenai makna penghapusan dosa di tahun selanjutnya (tahun depan). Sebagian mereka mengatakan, maknanya adalah bila seseorang melakukan maksiat pada tahun itu, Allah ta’ala akan menjadikan puasa di hari ‘Arafah yang ia lakukan di tahun lalu sebagai penghapus, sebagaimana ia menjadi penghapus dosa di tahun sebelumnya. Sebagian ulama lain mengatakan bahwa maknanya adalah Allah ta’ala menjaganya dari melakukan dosa di tahun depan” [Al-Majmu’ Syarhul-Muhadzdzab, 6/381].


Ash-Shan’aniy rahimahullah berkata : “Sulit diterima penghapusan dosa yang belum terjadi, yaitu dosa tahun yang akan datang. Pendapat itu dibantah dengan alasan bahwa yang dimaksudkan adalah bahwa ia diberi taufiq pada tahun yang akan datang untuk tidak melakukan dosa. Hanya saja itu dinamai penghapusan untuk penyesuaian dengan istilah tahun lalu. Atau bahwa jika dia melakukan dosa tahun yang akan datang, maka ia diveri taufiq untuk melakukan sesuatu yang akan menghapuskannya” [Subulus-Salaam, 2/461].

An-Nawawiy rahimahullah berkata : “Aku katakan : hadits-hadits ini mempunyai dua penafsiran : Pertama, menghapus dosa-dosa kecil dengan syarat ia tidak melakukan dosa besar. Jika ada dosa besar, maka tidak akan menghapus apapun, baik dosa besar ataupun dosa kecil. Kedua, - dan ini adalah pendapat yang lebih shahih/benar lagi terpilih – ia menghapus setiap dosa kecil. Jadi pengetiannya adalah (Allah) mengampuni semua dosanya, kecuali dosa besar. Telah berkata Al-Qaadliy ‘Iyaadl rahimahullahu ta’ala : ‘Apa yang disebutkan dalam hadits-hadits ini berbicara tentang pengampunan terhadap dosa-dosa kecil, selain dosa besar. Inilah madzhab Ahlus-Sunnah, karena dosa besar hanya bisa dihapus dengan taubat atau rahmat Allah ta’ala” [Al-Majmu’ Syarhul-Muhadzdzab, 6/382].

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidaklah ada hari yang amal shalih di dalamnya lebih dicintai oleh Allah dari hari-hari tersebut (yaitu sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah).” Para sahabat pun bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah jihad di jalan Allah tidak lebih utama?” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: “Tidaklah jihad lebih utama (dari beramal di hari-hari tersebut), kecuali orang yang keluar (berjihad) dengan jiwa dan hartanya, kemudian tidak kembali dengan keduanya (karena mati syahid).” (HR. Al-Bukhari)

Disunnahkannya puasa ‘Arafah ini khusus bagi mereka yang tidak sedang melakukan wuquf di ‘Arafah. Adapun yang sedang wuquf di ‘Arafah, maka tidak disunnahkan. Dari Abu Najiih ia berkata : Ibnu ‘Umar pernah ditanya tentang puasa ‘Arafah, lalu ia menjawab : “Aku pernah berhaji bersama Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan beliau tidak berpuasa, bersama Abu Bakar dan ia tidak berpuasa, bersama ‘Umar dan ia tidak berpuasa, juga bersama ‘Utsmaan dan ia tidak berpuasa. Adapun aku tidak berpuasa, tidak memerintahkannya, dan tidak pula melarangnya” [Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi no. 751, Ahmad 2/47 & 50, Ad-Daarimiy no. 1772, Abu Ya’laa no. 5595, Ibnu Hibbaan no. 3604, dan Al-Baghawiy no. 1792; shahih].

Dari Ummul-Fadhl binti Al-Haarits : Bahwasannya orang-orang berdebat di sisinya pada hari ‘Arafah tentang puasa Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Sebagian mereka berkata : “Beliau berpuasa”. Sebagian lain berkata : “Beliau tidak berpuasa”. Lalu aku (Ummul-Fadhl) mengirimkan pada beliau satu wadah yang berisi susu ketika beliau sedang wuquf di atas ontanya. Maka, beliau meminumnya” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhariy no. 1988 dan Muslim no. 1123].

Dari Sa’iid bin Jubair, ia berkata : “Aku mendatangi Ibnu ‘Abbaas di ‘Arafah yang waktu itu sedang makan buah delima. Lalu ia berkata : ‘Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam berbuka di ‘Arafah. Ummul-Fadhl pernah mengirim susu, lalu beliau meminumnya” [Diriwayatkan oleh An-Nasa’iy dalam Al-Kubraa no. 2828 dengan sanad shahih].

At-Tirmidziy rahimahullah berkata : “Para ulama menyenangi puasa di hari ‘Arafah, kecuali jika berada di ‘Arafah (melaksanakan wuquf haji)” [Sunan At-Tirmidziy, 2/116].

Pada sepuluh hari yang pertama ini, kita juga disyariatkan untuk banyak berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, baik itu berupa ucapan takbir, tahmid, maupun tahlil. Hal ini sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala: “Dan supaya mereka berdzikir menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan.” (Al-Hajj: 28)

Diterangkan oleh para ulama bahwa hari-hari yang ditentukan pada ayat tersebut adalah sepuluh hari awal bulan Dzulhijjah. Maka hadits dan ayat tadi menunjukkan keutamaan hari-hari tersebut dan betapa besarnya rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada hamba-hamba-Nya. Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala masih memberikan kesempatan bagi orang yang belum mampu menjalankan ibadah haji untuk mendapatkan keutamaan yang besar pula, yaitu beramal shalih pada sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah. Sehingga sudah semestinya kaum muslimin memanfaatkan sepuluh hari pertama ini dengan berbagai amalan ibadah, seperti berdoa, dzikir, sedekah, dan sebagainya. Termasuk amal ibadah yang disyariatkan untuk dikerjakan pada hari-hari tersebut adalah puasa. Apalagi ketika menjumpai hari Arafah, yaitu hari kesembilan di bulan Dzulhijjah, sangat ditekankan bagi kaum muslimin untuk berpuasa yang dikenal dengan istilah puasa Arafah, kecuali bagi jamaah haji yang sedang wukuf di Arafah. Hal ini sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika ditanya tentang puasa hari Arafah, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “(Puasa Arafah) menghapus dosa-dosa setahun yang lalu dan yang akan datang.” (HR. Muslim)

Adapun bagi para jamaah haji, mereka tidak diperbolehkan untuk berpuasa, karena pada hari itu mereka harus melakukan wukuf. Karena mereka memerlukan cukup kekuatan untuk memperbanyak dzikir dan doa pada saat wukuf di Arafah. Sehingga pada hari tersebut kita semua berharap untuk mendapatkan keutamaan yang sangat besar serta ampunan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan bahwa hari itu adalah hari pengampunan dosa-dosa dan hari dibebaskannya hamba-hamba yang Allah Subhanahu wa Ta’ala kehendaki dari api neraka. Sebagaimana dalam sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Tidak ada hari yang Allah membebaskan hamba-hamba dari api neraka, lebih banyak daripada di hari Arafah.” (HR. Muslim)

Pada bulan Dzulhijjah juga ada hari yang sangat istimewa yang dikenal dengan istilah hari nahr. Yaitu hari kesepuluh di bulan tersebut, di saat kaum muslimin merayakan Idul Adha dan menjalankan shalat Id serta memulai ibadah penyembelihan qurbannya, sementara para jamaah haji menyempurnakan amalan hajinya. Begitu pula hari-hari yang datang setelahnya, yang dikenal dengan istilah hari tasyriq, yaitu hari yang kesebelas, keduabelas, dan ketigabelas. Allah Subhanahu wa Ta’ala mengkhususkan hari-hari tersebut sebagai hari-hari untuk makan, minum, dan berdzikir. Dan hari-hari itulah yang menurut keterangan para ulama adalah hari yang disebutkan dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala: “Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari yang berbilang.” (Al-Baqarah: 203)
Dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menyebutkan tentang hari-hari tersebut: “Hari-hari Mina (hari nahr dan tasyriq) adalah hari-hari makan dan minum serta berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (HR. Muslim)

Rabu, 03 November 2010

Syaikh Abdul Qadir Al Jailani

Beliau adalah seorang ulama besar sehingga suatu kewajaran jika sekarang ini banyak kaum muslimin menyanjungnya dan mencintainya.Sebagian kaum muslimin yang menjadikan Syaikh Abdul Qadir Al Jailani sebagai wasilah (perantara) dalam do'a mereka. Karena tawasul adalah salah satu sunah Nabi SAW….sebagaimana Nabi Adam bertawasul dgn Nabi Muhammad ((Dikeluarkan dari Thabrani dalam Jami'ushaghir dan juga Hakim dan Abu Nu'aim dan Baihaqi keduanya dalam dalam kitab ad-dalail).)

Syaikh Abdul Qadir Al Jailani adalah seorang 'alim di Baghdad yang lahir pada tahun 490/471 H di kota Jailan atau disebut juga Kailan. Sehingga di akhir nama beliau ditambahkan kata Al Jailani atau Al Kailani atau juga Al Jiliy.

Pada usia yang masih muda beliau telah merantau ke Baghdad dan meninggalkan tanah kelahirannya. Di sana beliau belajar kepada beberapa orang ulama seperti Ibnu Aqil, Abul Khatthath, Abul Husein Al Farra' dan juga Abu Sa'ad Al Mukharrimi sehingga mampu menguasai ilmu-ilmu ushul dan juga perbedaan-perbedaan pendapat para ulama.

Beliau berdakwah lebih dari 25 tahun seorang diri, meninggalkan kampung halaman, berjalan dari kampung ke kampung, melintasi hutan, gurun pasir, sungai , menjumpai umat…mendakwahkan kalimat iman…. (lihat manaqib beliau) dalam perjalanan dakwah belaiu inilah banyak karamah2 yang diceritakan dalam kitab manaqib yang ditulis oleh murid murid belaiu yang terpercaya.

Suatu ketika Abu Sa'ad Al Mukharrimi membangun sekolah kecil di sebuah daerah yang bernama Babul Azaj dan pengelolaannya diserahkan sepenuhnya kepada Syaikh Abdul Qadir (setelah beliau kembali dari dakwah selama 25 tahun tsb). Beliau mengelola sekolah ini dengan sungguh-sungguh. Bermukim di sana sambil memeberikan nasehat kepada orang-orang yang ada di sana, sampai beliau meninggal dunia di daerah tersebut.

Banyak sudah orang yang bertaubat demi mendengar nasihat beliau. Banyak orang yang bersimpati kepada beliau, lalu datang ke sekolah beliau. Sehingga sekolah ini tidak kuat menampungnya. Maka diadakan perluasan.

Imam Adz Dzahabi dalam menyebutkan biografi Syaikh Abdul Qadir Al Jailani dalam Siyar A'lamin Nubala, menukilkan perkataan Syaikh sebagai berikut, "Lebih dari lima ratus orang masuk Islam lewat tanganku, dan lebih dari seratus ribu orang telah bertaubat."

Murid-murid beliau banyak yang menjadi ulama terkenal, seperti Al Hafidz Abdul Ghani yang menyusun Umdatul Ahkam Fi Kalami Khairil Anam. Ibnu Qudamah penyusun kitab fiqh terkenal Al Mughni.

Kefahaman beliau sangat tinggi dalam ilmu agama. Risau dan fikir beliau untuk ummat yang sangat mendalam. membuat beliau sanggup mengorbankan harta dan dirinya untuk mendakwahkan agama Allah.

Karamah – karamah yang Allah berikan pada syaikh abdul kadir, seperti kisah karamahnya beliau ketika diganggu oleh iblis, beliau terbang didepan murid2nya, menghidupkan orang mati didepan 3 pendeta nasrani shg tiga pendeta ini masuk Islam Beliau memanggil burung yang sudah ia masak dan ia makan , dan burung itu hidup kembali. Beliau memnaggil burung tersebut dgn membaca ayat tentang Nabi Ibrahim memanggil kembali burung yang sudah Nabi Ibrahim potong2 dan diletakan di atas gunung-gunung. Banyak sekali karamah2 yang Allah berikan padanya. Dan itu adalah mungkin dan tidak mustahil karena Allah maha kuasa dan maha berkehendak. sebagaimana firman Allah swt dalam hadits Qudsiy "Barangsiapa memusuhi wali Ku maka Ku umumkan perang padanya, tiadalah hamba hamba Ku mendekat pada Ku dengan hal hal yg telah kuwajibkan, dan hamba hamba Ku tak henti hentinya pula mendekat pada Ku dengan hal hal yg sunnah hingga Aku mencintainya, Jika Aku mencintainya maka aku menjadi telinganya yg ia gunakan untuk mendengar, aku menjadi pandangannya yg ia gunakan untuk melihat, aku menjadi tangannya yg ia gunakan untuk melawan, aku menjadi kakinya yg ia gunakan untuk melangkah, Jika ia meminta pada Ku niscaya kuberi apa yg ia minta, dan jika ia mohon perlindungan pada Ku niscaya kuberi padanya perlindungan" (Shahih Bukhari Bab Arriqaaq/Tawadhu)

Beliau Wafat pada hari Sabtu malam, setelah maghrib, pada tanggal 9 Rabi'ul Akhir tahun 561 H di daerah Babul Azaj.

Pendapat Para Ulama tentang Beliau

Ketika ditanya tentang Syaikh Abdul Qadir Al jailani, Ibnu Qudamah menjawab, "Kami sempat berjumpa dengan beliau di akhir masa kehidupannya. Beliau menempatkan kami di sekolahnya. Beliau sangat perhatian kepada kami. Kadang beliau mengutus putra beliau Yahya untuk menyalakan lampu buat kami. Terkadang beliau juga mengirimkan makanan buat kami. Beliau senantiasa menjadi imam dalam shalat fardhu."

Ibnu Rajab di antaranya mengatakan, "Syaikh Abdul Qadir Al Jailani adalah seorang yang diagungkan pada masanya. Diagungkan oleh banyak para syaikh, baik ulama dan para ahli zuhud. Beliau memiliki banyak keutamaan dan karamah.

Ibnu Rajab juga berkata, "Syaikh Abdul Qadir Al Jailani memiliki pendapat yang bagus dalam masalah tauhid, sifat-sifat Alloh Subhanahu wa Ta'ala, takdir, dan ilmu-ilmu ma'rifat yang sesuai dengan sunnah. Beliau memiliki kitab Al Ghunyah Li Thalibi Thariqil Haq, kitab yang terkenal. Beliau juga mempunyai kitab Futuhul Ghaib. Murid-muridnya mengumpulkan perkara-perkara yang banyak berkaitan dengan nasehat dari majelis-majelis beliau. Dalam masalah-masalah sifat, takdir dan lainnya, ia berpegang pada sunnah. "

Imam Adz Dzahabi mengatakan, "intinya Syaikh Abdul Qadir Al Jailani memiliki kedudukan yang agung".

Imam Adz Dzahabi juga berkata, "Tidak ada seorangpun para ulama besar yang riwayat hidup dan karamahnya lebih banyak kisah hikayat, selain Syaikh Abdul Qadir Al Jailani"

Minggu, 24 Oktober 2010

Tata Cara Sujud Sahwi

Sujud sahwi adalah:
dua sujud yang dilakukan oleh orang yang shalat untuk menggantikan kesalahan yang terjadi dalam shalatnya karena lupa

Penyebabnya ada tiga: menambahkan sesuatu (az-ziyaadah), menghilangkan sesuatu (an-naqsh), dan dalam keadaan ragu-garu

I. MENAMBAHKAN SESUATU (Az-Ziyaadah)
Jika seseorang shalat menambahkan sesuatu dengan sengaja dalam berdiri, duduk, ruku, atau sujud, maka shalatnya batal. Namun jika ia melakukannya karena lupa dan tidak ingat atas penambahan tersebut sampai ia menyelesaikan-nya, maka tidak ada sesuatu atasnya kecuali sujud sahwi dan shalatnya menjadi benar. Namun jika ia mengingatnya ketika sedang melakukan penambah-an tersebut, maka wajib baginya untuk me-ninggalkan (membatalkan) penambahan tersebut kemudian melakukan sujud sahwi (yakni di akhir shalat) dan shalatnya menjadi benar. Contohnya seseorang yang shalat zhuhur lima raka’at, tetapi ia tidak mengingat bahwa ia telah menambah (raka’at) kecuali ketika (ia dalam keadaan) tasyahud. Maka ia harus menyelesaikan tasyahud tersebut lalu melakukan salam kemudian sujud sahwi lalu melakukan salam lagi. Namun jika ia tidak mengingat penambahan tersebut kecuali setelah salam, maka ia harus melakukan sujud sahwi kemian melakukan salam lagi (ketika ia ingat setelah melakukan salam setelah shalat). Dan jika ia mengingat penambahan tersebut pada saat ia berdiri pada saat raka’at kelima, maka ia harus duduk kemudian tasyahud dan salam, kemudian sujud sahwi lalu salam lagi.


SALAM SEBELUM SHALAT SEMPURNA
Salam sebelum shalat sempurna adalah penambahan di dalam shalat. Maka barangsiapa yang salam sebelum menyempurnakan shalat secara sengaja, maka shalatnya batal. Namun jika hal tersebut dilakukan karena lupa atau ia tidak ingat sampai waktu yang lama maka ia harus mengulangi shalatnya kembali. Jika ia mengingatnya sesaat kemudian, misalnya setelah dua atau tiga menit kemudian, maka ia harus menyempurnakan shalatnya lalu salam dan kemudian sujud shawi dan melakukan salam lagi.

II. PENGURANGAN (An-Naqsh)
1). Pengurangan rukun shalat: Jika seseorang mengurangi salah satu rukun dalam shalatnya seperti takbir awal (takbiratul ihram), maka tidak ada shalat baginya. Baik dilakukan dengan sengaja atau lupa, karena sesungguhnya shalatnya belum didirikan.

Dan jika yang ditinggalkan itu adalah rukun shalat selain takbiratul ihram, dan ditinggalkan dengan sengaja, maka shalatnya batal. Namun jika ditinggalkan karena lupa, lalu ia meneruskan shalatnya dan mendapatinya (rukun yang ditinggal-kan tersebut) pada raka’at berikutnya, maka ia melaksanakan raka’at yang dilupakannya pada saat itu dan yang mengikutinya pada tempatnya. Jika ia belum mencapai tempatnya pada raka’at berikut-nya, maka wajib baginya untuk kembali pada rukun yang ditinggalkannya dan melakukannya dan apapun yang datang setelahnya. Dalam setiap keadaan ini, wajib baginya untuk melakukan sujud sahwi setelah salam.

Misalnya seseorang yang lupa sujud kedua pada raka’at pertama, namun mengingatkan pada saat duduk diantara dua sujud pada raka’at kedua. Maka ia harus membuang raka’at pertama dan raka’at kedua menempati tempatnya (mengganti-kan raka’at pertama), maka ia menghitungnya sebagai raka’at yang pertama dan menyempurnakan shalatnya berdasarkan hal tersebut. Kemudian ia salam lalu sujud sahwi dan salam lagi. Contoh lain, seseorang yang lupa sujud kedua dan duduk diantara dua sujud pada raka’at pertama. Namun ia mengingatnya setelah berdiri dari ruku’ pada raka’at kedua. Ia harus kembali duduk dan sujud, dan kemudian melanjutkan shalatnya dari situ. Kemudian ia salam, sujud sahwi dan salam.

2) Pengurangan kewajiban: Jika seseorang yang shalat meninggalkan suatu kewajiban diantara kewajiban di dalam shalat secara sengaja, maka shalatnya batal. Tetapi jika hal itu dilakukannya karena lupa dan ia mengingat-nya sebelum melanjutkan dari tempatnya pada shalat tersebut, maka ia harus melakukannya dan tidak ada sesuatu atasnya. Jika ia mengingatnya setelah melanjutkan dari tempatnya di dalam shalat, tetapi belum mencapai rukun yang mengikutinya, maka ia harus kembali (pada apa yang ditinggalkannya) dan melakukan-nya, lalu ia menyempurnakan shalatnya hingga salam, lalu sujud sahwi dan salam. Akan tetapi jika ia mengingatnya setelah mencapai rukun shalat yang mengikutinya, maka hal tersebut batal dan ia tidak boleh kembali untuk melaksanakannya. Akan tetapi setelah ia menyelesaikan shalatnya ia sujud sahwi terlebih dahulu sebelum salam.

Contohnya ketika seseorang bangkit dari sujud kedua pada raka’at kedua untuk melakukan raka’at ketiga, tertapi ia lupa melaksanakan tasyahud. Dan ia mengingatnya sebelum benar-benar berdiri untuk melaksanakan raka’at ketiga, maka ia harus kembali pada posisi duduk untuk melakukan tasyahud dan menyempurnakan shalatnya. Maka dalam hal ini tidak ada sesuatu (kewajiban) atasnya (melakukan sujud sahwi). Namun demikian, apabila ia mengingatnya setelah berdiri namun sebelum tegak, maka ia harus kembali ke posisi duduk dan melakukan tasyahud, kemudian menyelesaikan shalatnya hingga salam, lalu sujud sahwi dan salam lagi. Jika ia mengingatnya setelah berdiri tegak, maka tasyahud tersebut batal baginya. Kemudian ia harus meneruskan dan menyempurnakan shalat-nya, lalu sujud sahwi sebelum salam.

II. RAGU-RAGU (Syak)
Ragu adalah tidak yakin terhadap dua keadaan yang timbul, dan keraguan tidak diperhitungkan dalam perkara ibadah dalam tiga hal: 1) Jika hal tersebut hanya merupakan hayalan seseorang yang bukan merupakan kenyataan seperti was-was. 2) Jika hal tersebut muncul secara terus-menerus pada seseorang bahwa ia tidak melakukan suatu ibadah kecuali bahwa ia meragukannya. 3. Jika hal tersebut muncul setelah me-nyempurnakan ibadah. Maka yang demikian tidak diperhitungkan selama ia tidak yakin atasnya, dan dalam hal ini ia harus beramal terhadap apa yang ia yakini.

Contohnya seseorang mengerjakan shalat Dzhuhur. Setelah menyelesaikan shalatnya ia ragu apakah ia shalat tiga atau empat raka’at. Dan ia tidak memperdulikan keraguan ini kecuali ia yakin bahwa ia hanya shalat tiga raka’at. Dalam hal ini ia harus menyempurnakan shalatnya hingga melakukan salam kemudian sujud sahwi dan salam,
jika keraguan tersebut segera timbul setelah shalat. Namun jika keraguan tersebut timbul setelah selang waktu yang lama, maka ia harus mengulangi shalat tersebut. Adapun keraguan diluar dari tiga keadaan ini, maka hal tersebut harus diperhitungkan. Keraguan di dalam shalat terdiri dari dua macam:

1) Salah satu dari dua hal lebih berat dalam pikirannya, maka ia bertindak atas apa yang lebih kuat baginya. Kemudian ia menyelesaikan shalatnya berdasarkan hal tersebut dan setelahnya hingga ia salam, kemudian melakukan sujud sahwi dan salam.

Contohnya, jika seseorang shalat Zhuhur dan mengalami keraguan dalam suatu raka’at apakah ini raka’at kedua atau ketiga. Namun yang paling kuat dalam pikirannya adalah raka’at ketiga, maka ia menjadikan raka’at tersebut sebagai raka’at ketiga dan menyelesaikan sesudahnya hingga ia salam, kemudian sujud sahwi lalu salam.

2) Tidak ada dari salah satu dari dua kemungkinan yang lebih condong dalam pikirannya. Yang demikian ia harus mengambil sikap terhadap apa yang telah pasti, yaitu yang jumlahkan lebih sedikit. Kemudian ia meneruskan shalat-nya dan sujud sahwi sebelum salam, lalu salam.

Contohnya jika seseorang shalat ashar dan ia ragu dalam suatu raka’at apakah ini raka’at kedua atau ketiga, yang mana tidak ada diantara keduanya yang ia condong kepadanya. Maka ia menjadikan shalatnya tersebut sebagai raka’at kedua lalu melakukan tasyahud dan bertasyahud pada dua raka’at setelahnya. Kemudian ia sujud sahwi sebelum salam, lalu salam.
( Bersambung )

Sabtu, 23 Oktober 2010

Kehidupan Rasulullah Sebelum Diutus

Muhammad Sholallahu ‘Alaihi wa Salam dilahirkan di Makkah Al Mukarramah pada hari Senin tanggal 12 Rabi’ul Awwal tahun 571 M. Tahun tersebut adalah tahun ketika Abrahah Al Habsyi berusaha menghancurkan Ka’bah. Maka Allah menghancurkan Abrahah (dan tentaranya). Hal tersebut disebutkan di dalam surat Al Fiil.

Ayah beliau adalah Abdullah bin Abdil Muthallib bin Hasyim bin Abdi Manaf. Ia meninggal sebelum Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Salam dilahirkan. Oleh karena itu beliau dilahirkan dalam keadaan yatim.
Ibu beliau adalah Aminah bintu Wahb bin Abdi Manaf bin Zuhrah bin Kilab bin Murrah. Setelah ibunya melahirkan, ia mengirim beliau kepada kakeknya. Ibunya memberikan kabar gembira kepada sang kakek dengan kelahiran cucunya. Maka kakeknya datang dengan menggendong-nya. Sang kakek memasuki Ka’bah bersama beliau. Kakeknya berdoa bagi beliau dan menamai beliau Muhammad.

Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: “Dan (aku) memberikan kabar gembira dengan seorang rasul yang datang sesudahku yang bernama Ahmad (Muhammad).” (QS. Ash Shaff: 6).

Nasab beliau dari sisi ayah adalah: Muhammad bin Abdillah bin Abdil Muthallib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qushai bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai bin ghalib bin Fihr bin Malik bin AnNadhar bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nazzar bin Ma’ad bin Adnan. Adnan termasuk keturunan Ismail bin Ibrahim ‘Alaihimussallam. Nasab ayah Nabi Sholallahu ‘Alaihi wa Salam bertemu dengan nasab ibu beliau pada Kilab bin Murrah.

Masa Penyusuan Nabi Sholallahu ‘Alaihi wa Salam
Di masa itu, orang-orang mulia suku Quraisy mempunyai sebuah kebiasaan untuk menyerahkan anak-anak mereka kepada para ibu susuan yang berasal dari desa (pedalaman). Agar di tahun-tahun pertama kehidupannya sang anak hidup di udara pedalaman yang segar, sehingga badannya menjadi kuat karenanya.

Oleh karena itu Abdul Muthallib mencari ibu susuan bagi Muhammad Sholallahu ‘Alaihi wa Salam. Ketika itu datanglah wanita-wanita dari bani Sa’ad di Makkah. Mereka mencari anak-anak untuk disusui. Di antara mereka adalah Halimah As Sa’diyyah. Semua wanita itu telah mengambil anak untuk disusui kecuali Halimah. Ia tidak menemukan selain Muhammad. Pada mulanya ia enggan mengambil beliau dikarenakan beliau adalah anak yatim tanpa ayah. Namun ia tidak suka kembali tanpa membawa anak susuan. Akhirnya Halimah mengambil beliau karena tidak ada bayi selain beliau untuk disusui.

Halimah mendapatkan banyak dari barakah Nabi Sholallahu ‘Alaihi wa Salam selama menyusui beliau. Nabi Sholallahu ‘Alaihi wa Salam menetap di Bani Sa’ad selama dua tahun, selama masa penyusuan. Kemudian Halimah membawanya ke Makkah. Ia membawanya kepada ibu beliau, Halimah meminta, agar beliau bisa tinggal bersamanya lebih lama lagi.

Kemudian Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi wa Salam mencapai usia lima tahun. Di usia itu terjadi peristiwa pembelahan dada beliau. Jibril datang kepada Muhammad Sholallahu ‘Alaihi wa Salam. Ketika itu beliau tengah bermain-main bersama anak-anak lain. Jibril mengambil beliau kemudian melemparkannya ke tanah. Ia mengambil jantung beliau. Ia mengeluarkan segumpal darah dari jantung tersebut. Kemudian ia berkata: “Ini adalah bagian syaithan dari dirimu.”

Lalu ia mencucinya dalam baskom emas dengan air zam-zam. Kemudian Jibril mengembalikan jantung itu seperti semula. Anas Radhiyallahu’anhu, perawi hadits ini mengatakan: “Sungguh aku telah melihat bekas sobekan di dada beliau.” ­­

Maka kemudian Halimah mengetahui kejadian ini. Ia pun mengkhawatirkan keselamatan beliau. Sehingga ia mengembalikan beliau kepada sang ibu.

Meninggalnya Ibu Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi wa Salam dan Pengasuhan Sang Kakek

Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi wa Salam dikembalikan oleh Halimah. Beliau pun tinggal bersama sang ibu. Ketika beliau mencapai usia enam tahun, Aminah membawanya ke Yatsrib. Mereka menunjungi paman-paman beliau. Mereka adalah saudara Aminah dari Bani An Najjar.

Aminah pergi bersama Ummu Aiman, pengasuh Nabi Sholallahu ‘Alaihi wa Salam. Di perjalanan pulang dari Yatsrib, ibu beliau meninggal. Ia meninggal di suatu tempat yang disebut Al Abwa’. Al Abwa’ berada di antara Makkah dan Madinah. Maka Ummu Aiman kembali ke Makkah bersama beliau. Kemudian beliau diasuh oleh sang kakek Abdul Muthallib.

Sumber: Muqarrar al-Mustawa Ats Tsalits fis Siratin Nabawiyyah—Syu’bah Ta’lim al-Lughah al-’Arabiyyah al-Jami’ah al-Islamiyyah, Madinah
Sumber : http://kisahislam.com

Rabu, 13 Oktober 2010

keutamaan ilmu

Islam tak bosan-bosannya meng-anjurkan kepada pengikutnya, agar selalu menuntut ilmu. Di dalam Al-Qur’an mau-pun Al-Hadits, sangat banyak pernyataan yang mengungkapkan tentang hal ini. Se-perti misalnya yang terdapat pada surah Al-Mujadalah ayat 11, Allah SWT. berfir-man :

“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang berilmu pengetahuan itu, beberapa derajat”.

“Adakah sama antara orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” (Az-Zumar(39):9)


Bagaimana dengan hadis Nabi yang berbunyi:
“Keutamaan orang berilmu atas ahli ibadah adalah seperti keutamaan bulan purnama atas seluruh bintang. Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para Nabi, dan sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, akan tetapi mewariskan ilmu. Maka barangsiapa yang mengambilnya berarti telah mengambil bagian yang banyak.” [HR Abu Dawud dan Tirmidzi]
Begitu giatnya kaum Muslim pada saat ini mencari kekayaan hingga mereka sendiri tidak tahu bagaimana untuk membelanjakannya.

Diriwayatkan suatu hari sepuluh orang terpelajar mendatangi Imam Ali ra. Mereka ingin mengetahui mengapa ilmu lebih baik daripada harta dan mereka meminta agar masing-masing dari mereka diberikan jawaban yang berbeda. Imam Ali ra menjawab sebagaimana berikut:

1- Ilmu adalah warisan Nabi, sebaliknya harta adalah warisan Firaun. Sebagaimana Nabi lebih unggul daripada Firaun, maka ilmu lebih baik daripada harta.

2- Engkau harus menjaga hartamu, tetapi Ilmu akan menjagamu. Maka dari itu, Ilmu lebih baik daripada harta.

3- Ketika Ilmu dibagikan ia semakin bertambah. Ketika harta dibagikan ia berkurang. Seperti itulah bahwa ilmu lebih baik daripada harta.

4- Manusia yang mempunyai banyak harta memiliki banyak musuh, sedangkan manusia berilmu memiliki banyak teman. Untuk itu, ilmu lebih baik daripada harta.

5- Ilmu menjadikan seseorang bermurah hati karena pandangannya yang luas, sedangkan manusia kaya dikarenakan kecintaannya kepada harta menjadikannya sengsara. Seperti itulah bahwa ilmu lebih baik daripada harta.

6- Ilmu tidak dapat dicuri, tetapi harta terus-menerus terekspos oleh bahaya akan pencurian. Maka, ilmu lebih baik daripada harta.

7- Seiring berjalannya waktu, kedalaman dan keluasan ilmu bertambah. Sebaliknya, timbunan dirham menjadi berkarat. Untuk itu, ilmu lebih baik daripada harta.

8- Engkau dapat menyimpan catatan kekayaanmu karena ia terbatas, tetapi engkau tidak dapat menyimpan catatan ilmumu karena ia tidak terbatas. Untuk itulah mengapa ilmu lebih baik daripada harta.

9- Ilmu mencerahkan pikiran, sementara harta cenderung menjadikannya gelap. Maka dari itu, ilmu lebih baik daripada harta.

10- Ilmu lebih baik daripada harta, karena ilmu menyebabkan Nabi berkata kepada Tuhan “Kami menyembah-Nya sebagaimana kami adalah hamba-hamba-Nya”, sementara harta membahayakan, menyebabkan Firaun dan Nimrud bersikap congkak dengan menyatakan diri mereka sebagai Tuhan.

Pelajarilah ilmu-lmu tersebut sesuai dengan kemampuan kita. Prioritaskanlah yang harus diprioritaskan. Dahulukanlah mana yang harus didahulukan. Pelajarilah hal-hal yang merupakan wajib a’in (fardhu ‘ain) bagi kita.

Sabtu, 09 Oktober 2010

Hizib Syaih Abdul Qadir Jaelani

Robbi inni maghlubun fantasir, wajbur qolbil munkatsir
رَبِّ اِنِّي مَغْلُوْبٌ فَانْتَصِرْ، وَاجْبُرْ قَلْبِي الْمُنْكَسِرْ،
Wahai Allah aku sudah kalah(kalah oleh tubuh dan nafsuku hingga tak mampu
terus menerus berdzikir dan mendekat pada Mu) maka berilah pertolongan , maka hiburlah hati yg telah hancur ini


wajma` syamlil mundatsir , innaka antar rohmanul muqtadir
وَاجْمَعْ شَمْلِي الْمُنْدَثِرْ، اِنَّكَ أَنْتَ الرَّحْمَنُ الْمُقْتَدِرْ،
(Maka padukanlah kemuliaan dan kesempurnaan yg telah terselubung, sungguh Engkau Yang Maha Pengasih dan Maha Menentukan)


ikfini ya kafi wa anal`abdul muftakir, wa kafa billahi waliya , wa kafa billahi nashiiro
إِكْفِنِي يَاكَافِي وَأَنَا الْعَبْدُ الْمُفْتَقِرْ،وَكَفَى بِاللهِ وَلِيَّا،وَكَفَى بِاللهِ نَصِيْرَا،

Cukupkanlah bagiku (cukupilah segala kebutuhanku) dan aku adalah Hamba yg sangat membutuhkan uluran bantuan Mu dan cukuplah sudah Allah sebagai yg diandalkan, dan cukuplah sudah Allah sebagai penolong


inna syirka la zulmun `aziim, wa mallohu yuridu zulman lil `ibad
إِنَّ الشِرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيْمِ، وَمَا اللهُ يُرِيْدُ ظُلْمًا لِلْعِبَادْ،
(Sungguh menduakan Allah adalah kejahatan yg besar, dan tiadalah menginginkan kejahatan dan kegelapan bagi hamba hamba Nya)


fa quthi`a dabirul qoumil ladzina zholamu, wal hamdu lillahi robbil `alamin
فَقُطِعَ دَابِرَالْقَوْمِ الَّذِيْنَ ظَلَمُوْا، وَالْحَمْدُللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنِ
(maka terputuslah segala tipu daya dan usaha mereka mereka yg berbuat kejahatan, dan segala puji bagi Tuhan sekalian alam)

Sabtu, 02 Oktober 2010

Fdhilah Asmaul Husna ( BAG 5 )

Asmaul Husna merupakan amalan yang bermanfaat dan mempunyai nilai yang tak terhingga tingginya. “Allah memiliki Asmaul Husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan (menyebut) nama-nama-Nya yang baik itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang mereka kerjakan.” (QS. Al A’raf: 180) Katakanlah, “serulah Allah atau serulah ar Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu menyeru-Nya, maka bagi-Nya nama-nama yang baik.” (QS. Al Isra’: 110)


Sebelum membahas tentang rahasia dibalik nama nama Allah itu, kita kaji terlebih dahulu makna terdalam dari Asma'ul Husna satu persatu:


41. Al Hasiib


Artinya Maha menghitung. Dia-lah Allah Yang Maha menghitung semua hal yang berhubungan dengan makhluk-Nya dengan hitungan yang paling teliti dan dengan prinsip keadilan. Dalam hal apa pun Allah adalah Maha menghitung, bukan saja masalah amal perbuatan manusia namun juga pada hal-hal lain yang berhubungan dengan kehidupan makhluk-Nya.


42. Al Jaliil


Artinya Yang Mempunyai Kebesaran. Dia-lah Allah Dzat Yang Maha Agung dan Mulia.


43. Al Kariim


Artinya Yang Maha Mulia. Kemuliaan Allah Meliputi segala hal, baik dalam keagungan sifat-Nya maupun Dzat-Nya.


44. Ar Raqiib


Artinya yang Maha mengawasi. Allah adalah Dzat Yang selalu mengawasi semua makhluk ciptaan-Nya. Pengawasan Allah tak pernah lengah sebab Allah tak pernah tidur. Tak ada satu pun makhluk yang luput dari pengawasan-Nya.Atas dasar ini maka tak ada tempat yang bisa menyembunyikan makhluk dari pengawasan Allah.


45. Al Mujiib


Artinya Yang Maha Mengabulkan doa. Allah adalah Dzat yang Mengabulkan doa dan semua permintaan orang yang berdoa memohon kepada-Nya.Lewat firman-Nya Allah pun berjanji akan mengabulkan semua doa dari hamba-hamba-Nya.


46. Al Waasi'


Artinya Yang Maha Luas. Dia-lah Allah Dzat Yang Maha Luas kekayaan-Nya, luas ilmu-Nya, dan luas kekuasaan-Nya.


47. Al Hakiim


Artinya Yang Maha Bijaksana. Allah adalah Dzat Yang Bijaksana.Semua perbuatan dan keputusan-Nya adalah sebuah kebijaksanaan-Nya. Dia memerintahkan makhluk-Nya dengan bijaksana dan mengadili mereka dengan bijaksana pula.


48. Al Waduud


Artinya Maha Mencintai. Dia-lah Allah Yang Maha Mencintai semua makhluk-Nya. Cinta Allah kepada semua makhluk ciptaan-Nya melebihi kecintaan makhluk kepada-Nya.


49. Al Majiid


Artinya Maha Mulia dan Maha Luhur.


50. Al Baa'its


Artinya Yang Membangkitkan. Dia-lah Dzat yang akan membangkitkan semua manusia yang mati untuk hidup kembali di akhirat kelak.

Sabtu, 25 September 2010

Kewajiban Mendidik Anak

Banyak kita jumpai di kalangan orang tua yang salah dalam mendidik anak-anaknya atau salah dalam memprioritaskan pendidikan bagi anak-anaknya. Dalam Islam telah diajarkan tentang hal-hal yang harus diajarkan kepada anak-anak,

Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:

“Kamu sekalian adalah pemimpin, dan kamu sekalian bertanggungjawab atas orang yang dipimpinnya. Seorang Amir (Raja) adalah pemimpin, laki-laki pun pemimpin atas keluarganya, dan perempuan juga pemimpin bagi rumah suaminya dan anak-anaknya, ingatlah bahwa kamu sekalian adalah pemimpin dan kamu sekalian akan dimintai pertanggungjawabannya atas kepemimpinannya.”(HR.
Bukhari, Muslim, Ahmad dari shabat Ibnu Umar)

Seorang suami harus berusaha dengan sungguh-sungguh untuk menjadi suami yang shalih, dengan mengkaji ilmu-ilmu agama, memahaminya serta melaksanakan dan mengamalkan apa-apa yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya,
serta menjauhkan diri dari setiap yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya Shalallahu ‘Alaihi Wassalam. Kemudian dia mengajak dan membimbing sang isteri untuk berbuat demikian juga, sehingga anak-anaknya akan meneladani kedua orang tuanya, karena tabi’at anak memang cenderung untuk meniru apa-apa yang ada di sekitarnya.

1. Mendidik anak dengan cara-cara yang baik dan sabar, agar mereka mengenal dan mencintai Allah, yang menciptakannya dan seluruh alam semesta, mengenal dan mencintai Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, yang pada diri beliau terdapat suri tauladan yang mulia, serta agar mereka mengenal dan memahami Islam untuk diamalkan.

2. Pada usia dini (sekitar 2-3 tahun), kita ajarkan kepada mereka kalimat-kalimat yang baik serta bacaan Al Qur’an, sebagaimana yang dicontohkan oleh para sahabat dan generasi tabi’in dan tabi’ut tabi’in, sehingga banyak dari mereka yang sudah hafal Al Qur’an pada usia sangat belia.

3. Perhatian terhadap shalat juga harus menjadi prioritas utama bagi orang tua kepada
anaknya.

4. Perhatian orang tua terhadap anaknya juga dalam hal akhlaqnya, dan yang harus
menjadi penekanan utama adalah akhlaq (berbakti) kepada orang tua.

5. Juga perlu diperhatikan teman pergaulan anaknya, karena sangat bisa jadi pengaruh
jelek temannya akan berimbas pada perilaku dan akhlaq anaknya.

6. Disamping ikhtiar yang dilakukan untuk menjadikan isterinya menjadi isteri yang shalihah, hendaknya sang suami juga memanjatkan do’a kepada Allah pada waktu- waktu yang mustajab, seperti sepertiga malam terakhir, agar keluarganya dijadikan keluarga yang shalih, dan rumah tangganya diberikan sakinah, mawaddah wa rahmah, seperti do’a yang tercantum dalam Al Qur’an:

“Dan orang-orang yang berdo’a:’Ya Allah, anugerahkanlah kepada kami, isteri-isteri kami, keturunan-keturunan kami sebagai penyenang hati kami dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.”(QS. Al Furqan:74)

Paling tidak, seorang suami hendaknya bisa menjadi teladan dalam keluarganya, dihormati oleh sang isteri dan anak-anaknya, kemudian mereka menjadi hamba- hamba Allah yang shalih dan shalihah, bertakwa kepada Allah.
Inilah kiat-kiat yang hendaknya semua orang muslim dan muslimah lakukan untuk
mewujudkan keluarga sakinah.

Minggu, 05 September 2010

TENTANG SEPULUH HARI AKHIR DI BULAN RAMADHAN

Dari Aisyah radhiallahu 'anha, ia berkata :

"Bila masuk sepuluh (hari terakhir bulan Ramadhan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengencangkan kainnya menjauhkan diri dari menggauli istrinya), menghidupkan malamnya dan membangunkan Keluarganya . " Demikian menurut lafazh Al-Bukhari.

Adapun lafazh Muslim berbunyi :

"Menghidupkan malam(nya), membangunkan keluarganya, dan bersungguh-sungguh serta mengencangkan kainnya.


Dalam riwayat lain, Imam Muslim meriwayatkan dari Aisyah radhiallahu ‘anha :

"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersungguh-sungguh dalam sepuluh (hari) akhir (bulan Ramadhan), hal yang tidak beliau lakukan pada bulan lainnya. "


Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengkhususkan sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan dengan amalan-amalan yang tidak beliau lakukan pada bulan-bulan yang lain, di antaranya:



Menghidupkan malam: Ini mengandung kemungkinan bahwa beliau menghidupkan seluruh malamnya, dan kemungkinan pula beliau menghidupkan sebagian besar daripadanya. Dalam Shahih Muslim dari Aisyah radhiallahu 'anha, ia berkata:

"Aku tidak pernah mengetahui Rasulullah shallallahu alaihi wasallam shalat malam hingga pagi. "

Diriwayatkan dalam hadits marfu' dari Abu Ja'far Muhammad bin Ali :

"Barangsiapa mendapati Ramadhan dalam keadaan sehat dan sebagai orang muslim, lalu puasa pada siang harinya dan melakukan shalat pada sebagian malamnya, juga menundukkan pandangannya, menjaga kemaluan, lisan dan tangannya, serta menjaga shalatnya secara berjamaah dan bersegera berangkat untuk shalat Jum'at; sungguh ia telah puasa sebulan (penuh), menerima pahala yang sempurna, mendapatkan Lailatul Qadar serta beruntung dengan hadiah dari Tuhan Yang Mahasuci dan Maha tinggi. " Abu Ja 'far berkata: Hadiah yang tidak serupa dengan hadiah-hadiah para penguasa. (HR. Ibnu Abid-Dunya).


Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam membangunkan keluarganya untuk shalat pada malam-malam sepuluh hari terakhir, sedang pada malam-malam yang lain tidak.

Dalam hadits Abu Dzar radhiallahu 'anhu disebutkan:

"Bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasalam melakukan shalat bersama mereka (para sahabat) pada malam dua puluh tiga (23), dua puluh lima (25), dan dua puluh tujuh (27) dan disebutkan bahwasanya beliau mengajak (shalat) keluarga dan isteri-isterinya pada malam dua puluh tujuh (27) saja. "


Ini menunjukkan bahwa beliau sangat menekankan dalam membangunkan mereka pada malam-malam yang diharapkan turun Lailatul Qadar di dalamnya.


At-Thabarani meriwayatkan dari Ali radhiallahu 'anhu :

"Bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam membangunkan keluarganya pada sepuluh akhir dari bulan Ramadhan, dan setiap anak kecil maupun orang tua yang mampu melakukan shalat. "


Dan dalam hadits shahih diriwayatkan :

"Bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengetuk (pintu) Fathimah dan Ali radhiallahu 'anhuma pada suatu malam seraya berkata:

Tidakkah kalian bangun lalu mendirikan shalat ?" (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Beliau juga membangunkan Aisyah radhiallahu 'anha pada malam hari, bila telah selesai dari tahajudnya dan ingin melakukan (shalat) witir.


Dan diriwayatkan adanya targhib (dorongan) agar salah seorang suami-isteri membangunkan yang lain untuk melakukan shalat, serta memercikkan air di wajahnya bila tidak bangun). (Hadits riwayat Abu Daud dan lainnya, dengan sanad shahih.)


Dalam kitab Al-Muwaththa' disebutkan dengan sanad shahih, bahwasanya Umar radhiallahu 'anhu melakukan shalat malam seperti yang dikehendaki Allah, sehingga apabila sampai pada pertengahan malam, ia membangunkan keluarganya untuk shalat dan mengatakan kepada mereka: "Shalat! shalat!" Kemudian membaca ayat ini :

"Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. " (Thaha: 132).


Bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengencangkan kainnya. Maksudnya beliau menjauhkan diri dari menggauli isteri-isterinya. Diriwayatkan bahwasanya beliau tidak kembali ke tempat tidurnya sehingga bulan Ramadhan berlalu.


Dalam hadits Anas radhiallahu 'anhu disebutkan :

"Dan beliau melipat tempat tidurnya dan menjauhi isteri-isterinya (tidak menggauli mereka).

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam beri'tikaf pada malam sepuluh terakhir bulan Ramadhan. Orang yang beri'tikaf tidak diperkenankan mendekati (menggauli) isterinya berdasarkan dalil dari nash serta ijma'. Dan "mengencangkan kain" ditafsirkan dengan bersungguh-sungguh dalam beribadah.



Mengakhirkan berbuka hingga waktu sahur.

Diriwayatkan dari Aisyah dan Anas uadhiallahu 'anhuma, bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pada malam-malam sepuluh (akhir bulan Ramadhan) menjadikan makan malam (berbuka)nya pada waktu sahur.Dalam hadits marfu' dari Abu Sa'id radhiallahu 'anhu, ia berkata :

"Janganlah kalian menyambung (puasa). Jika salah seorang dari kamu ingin menyambung (puasanya) maka hendaknya ia menyambung hingga waktu sahur (saja). " Mereka bertanya: "Sesungguhnya engkau menyambungnya wahai Rasulullah ? "Beliau menjawab: "Sesungguhnya aku tidak seperti kalian. Sesungguhnya pada malam hari ada yang memberiku makan dan minum. "(HR. Al-Bukhari)


Ini menunjukkan apa yang dibukakan Allah atas beliau dalam puasanya dan kesendiriannya dengan Tuhannya, oleh sebab munajat dan dzikirnya yang lahir dari kelembutan dan kesucian beliau. Karena itulah sehingga hatinya dipenuhi Al-Ma'ariful Ilahiyah (pengetahuan tentang Tuhan) dan Al-Minnatur Rabbaniyah (anugerah dari Tuhan) sehingga mengenyangkannya dan tak lagi memerlukan makan dan minum.



Mandi antara Maghrib dan Isya'.

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Aisyah radhiallahu 'anha :

"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam jika bulan Ramadhan (seperti biasa) tidur dan bangun. Dan manakala memasuki sepuluh hari terakhir beliau mengencangkan kainnya dan menjauhkan diri dari (menggauli) isteri-isterinya, serta mandi antara Maghrib dan Isya."

Ibnu Jarir rahimahullah berkata, mereka menyukai mandi pada setiap malam dari malam-malam sepuluh hari terakhir. Di antara mereka ada yang mandi dan menggunakan wewangian pada malam-malam yang paling diharapkan turun Lailatul Qadar.


Karena itu, dianjurkan pada malam-malam yang diharapkan di dalamnya turun Lailatul Qadar untuk membersihkan diri, menggunakan wewangian dan berhias dengan mandi (sebelumnya), dan berpakaian bagus, seperti dianjurkannya hal tersebut pada waktu shalat Jum'at dan hari-hari raya.


Dan tidaklah sempurna berhias secara lahir tanpa dibarengi dengan berhias secara batin. Yakni dengan kembali (kepada Allah), taubat dan mensucikan diri dari dosa-dosa. Sungguh, berhias secara lahir sama sekali tidak berguna, jika ternyata batinnya rusak.


Allah tidak melihat kepada rupa dan tubuhmu, tetapi Dia melihat kepada hati dan amalmu. Karena itu, barangsiapa menghadap kepada Allah, hendaknya ia berhias secara lahiriah dengan pakaian, sedang batinnya dengan taqwa. Allah Ta'ala berfirman :

"Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian taqwa itulah yang paling baik. " (Al-A'raaf: 26).



I'tikaf. Dalam Shahihain disebutkan, dari Aisyah radhiallahu 'anha :

Bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam senantiasa beri'tikaf pada sepuluh hari terakhir dari Ramadhan, sehingga Allah mewafatkan beliau. "


Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melakukan i'tikaf pada sepuluh hari terakhir yang di dalamnya dicari Lailatul Qadar untuk menghentikan berbagai kesibukannya, mengosongkan pikirannya dan untuk mengasingkan diri demi bermunajat kepada Tuhannya, berdzikir dan berdo'a kepada-Nya.


Adapun makna dan hakikat i'tikaf adalah:

Memutuskan hubungan dengan segenap makhluk untuk menyambung penghambaan kepada AI-Khaliq. Mengasingkan diri yang disyari'atkan kepada umat ini yaitu dengan i'tikaf di dalam masjid-masjid, khususnya pada bulan Ramadhan, dan lebih khusus lagi pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Sebagaimana yang telah dilakukan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.


Orang yang beri'tikaf telah mengikat dirinya untuk taat kepada Allah, berdzikir dan berdo'a kepada-Nya, serta memutuskan dirinya dari segala hal yang menyibukkan diri dari pada-Nya. Ia beri'tikaf dengan hatinya kepada Tuhannya, dan dengan sesuatu yang mendekatkan dirinya kepada-Nya. Ia tidak memiliki keinginanlain kecuali Allah dan ridha-Nya. Sembga Alllah memberikan taufik dan inayah-Nya kepada kita.

Jumat, 03 September 2010

Menjadi orang yang selalu beruntung

Sering kita melihat atau mengenal teman, sahabat, saudara atau orang lain nasibnya mujur sekali seolah - olah "rejeki" adalah pasangan hidupnya. Hidupnya sungguh enak sekali, tanpa usaha keras tapi selalu lebih beruntung, misal: sering menang undian, sering menang quis,dll. bahkan kalo kita jalan bareng "Si Gladstone" dan dijalan ada uang jatuh, hampir bisa dipastikan dia dulu yang menemukannya. Heheheheh..... Siapa sih yang ngga' kepingin menjadi orang - orang yang beruntung macam ini.
Tenang aja ternyata siapapun didunia ini bisa menjadi seperti itu......, berikut adalah beberapa tips untuk menjadi orang yang beruntung:
1. Bertaqwa kepada Allah, Allah berfirman : " Dan barang siapa yang ber Taqwa pada Allah, maka baginya akan diberikan jalan keluar dan akan diberikan Rizqi yang datangnya tanpa disangka-sangka ".( QS Ath Tholaq : 2-3 )
2. Khusnudzon atau berprasangka baik, khusnudzon baik kepada diri sendiri, sesama manusia, sesama makhluk Allah, dan harus khusnudzon kepada Allah. Allah berfirman dalam hadits Qudsi, yang artinya : "Aku sebagaimana prasangka hamba-Ku. Kalau ia berprasangka baik, maka ia akan mendapatkan kebaikan. Bila ia berprasangka buruk, maka keburukan akan menimpanya".
3. Syukur nikmat lupa kesedihan, kalo kita pingin jadi orang yang ditemani keberuntungan kita harus mudah mengakui dan mensyukuri setiap tetes nikmat dan melupakan kesedihan dalam hidup ini. Kesedihan akan menjauhkan diri dari syukur. Kalo kita menulis banyaknya nikmat hidup ini dibanding kesedihan yang kita peroleh dalam sehari, aku yakin 2000% lebih banyak nikmat yang kita peroleh, Allah berfirman : " Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami ( Allah ), akan menambah nikmat kepadamu, dan jika kamu mengingkari ( Nikmat-KU ), sesungguhnya Azab-KU sangat pedih " ( QS Ibrahim : 7 ).
4. Istghfar, setiap manusia tidak lepas dari dosa, setiap dosa mendekatkan kita pada murka Allah jadi wajib bagi kita banyak - banyak istighfar memohon ampun atas dosa. Firman Allah : " Mohonlah Ampunan kepada Tuhanmu, sesungguhnya dia adalah Maha Pengampun, niscaya DIA akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan pula sungai-sungai ". (QS Nuh : 10-12 )
" Memperbanyak Istighfar itu dapat mendatangkan ( menarik ) rejeki " ( Lubabu al Hadits)
5. infaq dan sedekah, infaq dan sedekah itu nggak bakal membuat kita bangkrut, yang bikin bangkrut itu maksiat. Allah berfirman : " Dan apa saja yang engkau Infaqkan, maka Allah akan mengganti. Dan DIA-lah sebaik-baik Pemberi Rizqi ". ( QS Saba' : 39 ) "Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh butir, pada tiap-tiap butir, seratus biji. Allah melipat-gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas karunia-Nya lagi Maha Mengetahui.(QS. Al-Baqarah : 261)
6. Silaturahmi, Sabda Rasulullah SAW:“Barangsiapa yang senang untuk dilapangkan rizkinya dan diakhirkan ajalnya (dipanjangkan umurnya), maka hendaklah ia menyambung (tali) silaturahim.” (Shahih Bukhari)
7. Berdoa, Kita yakin Allah adalah yang memberi dan memiliki rezeki dan kekuatan, maka wajar saja kalo kita meminta kepada Allah agar dijadikan Allah orang yang selalu dekat dengan rezeki. Firman Allah : "Berdo`alah kepada-Ku, niscaya akan Kukabulkan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina"(QS Al-Ghafir:60)." Dialah Allah yang menjadikan Bumi ini mudah bagi Kamu, maka berjalanlah disegala penjuru dan makanlah sebagian dari Rizqi-NYA. Dan hanya kepada-NYA lah kamu ( kembali setelah ) dibangkitkan ". ( QS Al Mulk : 15 )

Kamis, 26 Agustus 2010

Keistimewaan bulan Ramadhan

SEANDAINYA ENGKAU MENGETAHUI KEISTIMEWAAN BULAN RAMADHAN

1. Di bulan yang sangat berharga dan mahal ini, sudahkah kita mengisinya dengan ibadah dan amalan-amalan yang baik? Seandainya kita tahu sabda Rasulullah SAW:

لَوْ يَعْلَمُ النَّاسُ مَا فِيْ رَمَضَانَ لَتَمَنَّى أَنْ تَكُوْنَ الشُّهُوْرُ كُلَّهَا رَمَضَانَ

“ Seandainya manusia mengetahui kebaikan dan keistimewaan yang ada di bulan Ramadhan, niscaya mereka menginginkan seluruh bulan yang ada menjadi bulan Ramadhan .”

Tapi pada kenyataannya, kita tidak mahutahu dengan mahalnya bulan Ramadhan, malah kita sering mengeluh dan merasa beban dalam menjalaninya.

2. Sudah berapa kalikah kita khatam membaca Al-Qur'an di bulan Ramadhan ini? Seandainya kita tahu sabda Rasulullah SAW:
مَ .نْ تَلاَ فِيْهِ آيَةً مِنَ الْقُرْآنِ كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ مَنْ خَتَمَ اْلقُرْآنِ فِيْ غَيْرِهِ مِنَ الشُّهُوْرِ
“Barangsiapa di bulan ini membaca satu ayat Al-Quran, ganjarannya sama seperti mengkhatamkan Al-Quran pada bulan-bulan yang lain. “

Tapi pada kenyataannya, kita sering lupa atau mungkin melupakannya. Kita merasa sibuk. Kita merasa tidak sempat. Kita tidak berusaha meluangkan waktu untuk membaca kalam Tuhan yang mulila.

3. Sudahkah kita mengisi malam-malam Ramadhan dengan tarawih, tahajjud, hajat, istikharah, taubat, witir dan amalan-amalan sunah lainnya? Seandainya kita tahu sabda Rasulullah SAW:
شَهْرٌ هُوَ عِنْدَ اللهِ أَفْضَلُ الشُّهُوْرِ، وَأَيَّامُهُ أَفْضَلُ اْلأَيَّامِ، وَلَيَالِيْهِ أَفْضَلُ اللَّيَالِي، وَسَاعَاتُهُ أَفْضَلُ السَّاعَاتِ
“Dia adalah b ulan yang paling mulia disisi Allah. Hari-harinya adalah hari-hari yang paling utama. Malam-malamnya adalah malam-malam yang paling utama. Jam demi jamnya adalah jam-jam yang paling utama.”
Tapi pada kenyataannya kita sering lupa atau mungkin melupakannya, sehingga kita nyenyak dalam tidur panjang di malam hari.

4. Sudahkah kita memanfaatkan sepertiga malam yang akhir untuk mohon ampun dan beribadah kepada Allah SWT. Seandainya kita tahu, sepertiga malam adalah saat yang paling utama di sisi Allah untuk meminta dan bertaubat. Karena pada detik-detik itu Allah SWT turun ke langit dunia, seraya memanggil-manggil hamba-Nya:
هَلْ مِنْ مُسْتَغْفِرٍ فَأَسْتَغْفِرَ لَهُ هَلْ مِنْ تَائِبٍ فَأَتُوْبَ عَلَيْهِ هَلْ مِنْ سَائِلٍ فَأُعْطِيْهِ حَتَّى يَنْفَجِرَ الْفَجْرُ.


“Adakah di antara kalian yang mohon ampun, pasti aku ampuni. Adakah yang bertaubat, pasti aku terima taubatnya. Adakah yang meminta, pasti aku kabulkan permintaannya, sampai datang waktu subuh.”

Allah SWT juga berfirman:

وَبِالْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ (الذاريات: 18)

“Dan di waktu sahur (yaitu akhir malam) mereka selalu memohon ampunan.”


Tapi pada kenyataannya kita sering lupa atau malah melupakannya. Sehingga sehabis makan sahur, yaitu sekitar jam empat atau jam seterngah empat dini hari, kita malah menyibukkan diri dengan menonton televisi sambil menunggu adzan shubuh atau mungkin melanjutkan tidur lagi.

5. Sudahkah kita memiliki tekad yang kuat untuk mendapatkan malam Lailatul Qadar di bulan Ramadhan? Seandainya kita tahu sabda Rasulullah SAW:

فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ (رواه النسائى وابن ماجه وأحمد)


“Di dalam Ramadhan ada suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Siapa yang terhalang dari malam itu maka dia telah terhalang dari mendapatkan kebaikan.”


Tapi pada kenyataannya kita masih bermalas-malasan untuk menghidupkan malam ramadhan dengan ibadah dan qiyamullail.


6. Sudahkah kita menginfakkan harta kita kepada para fakir miskin dan orang-orang yang membutuhkan? Seandainya kita tahu sabda Rasulullah SAW:


مَنْ أَكْرَمَ فِيْهِ يَتِيْمًا أَكْرَمَهُ اللهُ يَوْمَ يَلْقَاهُ


“Barang siapa memuliakan anak yatim di bulan ini, Allah akan memuliakanya pada hari ia berjumpa dengan-Nya. ”
Rasulullah SAW juga telah bersabda:
لَا يَنْقُصُ مَالٌ مِنْ صَدَقَةٍ
“Harta yang disedekahkan tidak akan berkurang.”
7. Sudahkah jiwa sosial kita terpanggil untuk juga peduli kepada saudara-saudara kita sesama muslim yang berpuasa. Seandainya kita tahu sabda Rasulullah SAW:
مَنْ فَطَّرَ مِنْكُمْ صَائِماً مُؤْمِناً فِيْ هَذَا الشَّهْرِ كَانَ لَهُ بِذَلِكَ عِنْدَ اللهِ عِتْقُ رَقَبَةٍ، وَمَغْفِرَةٌ لِمَا مَضَى مِنْ ذُنُوْبِهِ . فَقِيْلَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، وَلَيْسَ كُلُّنَا يَقْدِرُ عَلَى ذَلِكَ؟ فَقَالَ (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَسَلَّمَ) : اِتَّقُوْا اللهَ وَلَوْ بِشُرْبَةٍ مِنْ مَاءٍ، وَاتَّقُوْا النَّارَ وَلَوْ بَشَقِّ تَمْرَةٍ.


"Barang siapa di antara kalian memberi makanan untuk berbuka kepada orang-orang mukmin yang berpuasa di bulan ini, maka di sisi Allah nilainya sama dengan membebaskan seorang budak dan dia diberi ampunan atas dosa-dosa yang lalu. Sahabat-sahabat lain bertanya: "Ya Rasulullah! Tidak semua kami mampu berbuat demikian." Rasulullah meneruskan: "Jagalah dirimu dari api neraka walaupun hanya dengan sebiji kurma. Jagalah dirimu dari api neraka walaupun hanya dengan seteguk air."


8. Sudahkah kita turut meringankan beban orang lain di bulan ini. Seandainya kita tahu sabda Rasulullah SAW:
مَنْ خَفَّفَ فِيْهِ عَمَّا مَلَكَتْ يَمِيْنُهُ خَفَّفَ اللهُ عَلَيْهِ حِسَابَهُ


“Siapa yang meringankan pekerjaan para pegawai atau pembantu nya di bulan ini, Allah akan meringankan pemeriksaan-Nya di hari kiamat.”

9. Sudahkah kita berusaha keras untuk beribadah dan beramal sholeh di bulan ini? Seandainya kita tahu sabda Rasulullah SAW:


مَنْ تَقَرَّبَ فِيْهِ بِخَصْلَةٍ مِنَ الْخَيْرِ كَانَ كَمَنْ أَدَّى فَرِيْضَةً فِيْمَا سِوَاهُ، وَمَنْ أَدَّى فِيْهِ فَرِيْضَةً كَانَ كَمَنْ أَدَّى سَبْعِيْنَ فَرِيْضَةً فِيْمَا سِوَاهُ.
“Barangsiapa mendekatkan diri kepada Allah dengan suatu kebajikan di bulan ini, seperti orang yang menunaikan ibadah fardhu di bulan lain. Barangsiapa melakukan shalat fardu di bulan ini, seperti melakukan 70 shalat fardu di bulan lain.”


10. Sudahkah kita banyak bershalawat kepada Rasulullah SAW di bulan ini? Seandainya kita tahu sabda Rasulullah SAW:


مَنْ أَكْثَرَ فِيْهِ مِنَ الصَّلاَةِ عَلَيَّ، ثَقَّلَ اللهُ مِيْزَانَهُ يَوْمَ تَخُفُّ اْلمَوَازِيْنُ



“Barangsiapa memperbanyak shalawat kepadaku di bulan ini, Allah akan memberatkan timbangannya pada hari ketika timbangan meringan.”


Dan terakhir saya sampaikan, sudahkah kita sadar betul dengan harga dan nilai bulan suci Ramadhan. Dengan segala keutamaan dan keistimewaan bulan ini. Bulan yang penuh dengan rahmat, sarat dengan ampunan, dan bulan pembebasan dari api neraka. Sehingga kita tidak termasuk ke dalam sabda Rasulullah SAW:
رَغْمَ أَنْفِ امْرِئٍ أَدْرَكَ رَمَضَانَ فَلَمْ يُغْفَرْ لَهُ


“Celakalah orang yang telah melewati bulan Ramadhan, tapi dosanya tidak diampuni.”
Dan bagi yang beruntung Allah SWT menjanjikan melalui lisan Rasul-Nya:


إِنَّ فِي الْجَنَّةِ بَابًا يُقَالُ لَهُ الرَّيَّانُ يَدْخُلُ مِنْهُ الصَّائِمُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لَا يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ يُقَالُ أَيْنَ الصَّائِمُونَ فَيَقُومُونَ لَا يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ فَإِذَا دَخَلُوا أُغْلِقَ فَلَمْ يَدْخُلْ مِنْهُ أَحَدٌ. (رواه البخاري ومسلم)


“Sesungguhnya di surga itu ada sebuah pintu yang disebut “Rayyan”. Akan masuk dari pintu ini di hari kiamat semua orang yang puasa dan tidak yang lain. Dikatakan saat itu: “Mana orang-orang yang berpuasa?” Maka orang-orang yang berpuasa pun masuk, dan tidak bagi yang lain. Jika mereka telah masuk, pintu akan ditutup dan tidak akan masuk ke dalamnya seorangpun” . (HR Bukhari-Muslim).

Minggu, 22 Agustus 2010

Do'a mohon Kebaikan dalam agama

اللّهُمَّ أَصْلِحْ لِي دِيْنِي الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِي وَأَصْلِحْ لِي دُنْيَايَ الَّتِي فِيْهَا مَعَاشِي، وَأَصْلِحْ لِي آخِرَتِي الَّتِي إِلَيْهَا مَعَادِيْ وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لِي فِي كُلَِّ خَيْرٍ وَالْمَوْتَ رَاحَةً لِي مِنْ كُلِّ شَرٍّ

Allahumma ashlih dînî al-Ladzî huwa 'ishmatu amrî wa ashlih lî dunyâya al-Latî fîhâ ma'âsyî, wa ashlih lî âkhirotî al-Latî ilaihâ ma'âdî waj'al al-Hayâta ziyâdatan lî fî kulli khoir wa al-Mauta râhatan lî min kulli syarrin

"Ya Allah Perbaikilah kehidupan agamaku, yang ia adalah benteng bagi segala urusanku
Perbaiki urusan duniaku yang padanya kehidupanku
Perbaikilah akhiratku, yang padanya tempatku kembali
Jadikanlah hidup ini sebagai lahan upayaku menambah segala kebajikan
Dan jadikanlah mati sebagai titik henti bagiku dari segala keburukan"

Kamis, 19 Agustus 2010

Doa Cahaya

اَللَّهُمَّ اجْعَلْ لِّي نُورًا فِي قَلْبِي وَنُورًا فِي قَبْرِي وَنُورًا فِي سَمْعِي وَنُورًا فِي بَصَرِي وَنُورًا فِي شَعْرِي وَنُورًا فِي بَشَرِي وَنُورًا فِي لَحْمِي وَنُورًا فِي دَمِي وَنُورًا فِي عِظَامِي وَنُورًا فِي عَصَبِي وَنُورًا مِنْ بَيْنِ يَدَيَّ وَنُورًا مِنْ خَلْفِي وَنُورًا عَنْ يَمِينِي وَنُورًا عَنْ شِمَالِي وَنُورًا مِنْ فَوقِي وَنُورًا مِنْ تَحْتِي . اللَّهُمَّ زِدْنِي نُورًا وَأَعْطِنِي نُورًا وَاجْعَلْ لِي نُورًا . وَصَلَّى الله ُعَلَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَ آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ .

Ya Allah, anugerahilah aku cahaya; cahaya di dalam hati ku, cahaya didalam kubur ku, cahaya di pendengaran dan mata ku, cahaya dalam daging dan cahaya dalam darahku dan cahaya dalam tulang ku, dan terang dalam gugup . cahaya di kiri dan kanan ku, di atas dan bawah ku .Ya Allah yang meningkatkan cahaya ku dan berikan aku terang dan anugerahilah aku cahaya. Semoga Engkau limpahkan shalawat dan salam kepada junjungan ku Nabi Muhammad Saw beserta keluarganya dan sahabatnya, dan semoga Engkau limpahkan pula keselamatan.

Minggu, 01 Agustus 2010

Empat Kaidah Iyyaaka Na'budu

Hanya kepada-Mu kami menyembah, dan hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan." (Al-Fatihah: 5).
Sebagai muslim tentunya ayat di atas tidak asing bagi kita. Minimal tujuh belas kali kita ulang dalam salat fardu lima waktu. Namun, pernahkah kita bertanya pada diri sendiri, sejauh mana kita dapat menyelami makna surat Al-Fatihah tersebut? Kalau belum, mari sejenak kita menyelami empat kaidah iyyaaka na'budu yang dikemukan oleh Ibnul Qayyim sebagai berikut.
Iyyaaka na'budu tegak di atas empat kaidah: mewujudkan apa yang dicintai dan diridai Allah dan Rasul-Nya, berupa:
1. perkataan hati,
2. perkataan lisan,
3. amalan hati,
4. amalan jawarih (anggota tubuh).
Ubudiyyah merupakan sebutan yang menyeluruh untuk empat tingkatan ini. Orang yang melaksanakan iyyaaka na'budu dengan sebenar-benarnya ialah yang melaksanakan empat tingkatan ini.
Perkataan hati ialah meyakini apa yang disampaikan Allah tentang diri-Nya, asma, sifat, dan perbuatan-Nya, tentang malaikat, dan perjumpaan dengan-Nya, sebagaimana yang disampaikan para rasul-Nya.
Perkataan lisan ialah berupa pernyataan darinya tentang hal itu, seruan kepada Allah (dakwah), menjelaskan kebatilan bidah, mengingat Allah dan menyampaikan perintah-perintah-Nya.
Amal-amal hati adalah seperti cinta kepada Allah, tawakal, bergantung kepada-Nya, takut dan berharap kepada-Nya, memurnikan agama dengan melaksanakan agama-Nya sesuai ajaran Rasul-Nya, sabar dalam melaksanakan perintah-perintahnya dan menjauhi larangan-

larangan-Nya, rida kepada-Nya, menolong karena-Nya dan bermusuhan karena-Nya pula, tunduk dan patuh kepada-Nya, thuma'ninah kepada-Nya, dan lain sebagainya yang berupa amalan hati. Kefarduan amalan hati ini lebih dari kefarduan amalan anggota tubuh, dan yang sunahnya lebih disukai oleh Allah daripada sunah-sunah anggota tubuh. Adapun amal-amal jawarih adalah seperti salat, puasa, jihad, mengayunkan kaki menuju salat jamaah dan salat Jumat, membantu orang lain, berbuat kebajikan kepada makhluk, dan sebagainya.
Iyyaaka na'budu mengikuti hukum empat kaidah dan ikrar kepadanya. Adapun iyyaaka nasta'iin merupakan tuntutan meminta pertolongan atas hokum-hukum itu serta taufik-Nya. Sedangkan ihdinaa ash-shiraath al-mustaqiim mencakup pengakuan terhadap dua perkara ini secara detail, ilham untuk melaksanakannya dan meniti jalan-jalan orang-orang yang berjalan kepada Allah dengan dua perkara itu.
Semua rasul hanya menyeru kepada iyyaka na'budu wa iyyaaka nasta'iin. Mereka semua menyeru kepada tauhidullah (mengesakan Allah) dan penyembahan hanya kepada-Nya, semenjak rasul pertama hingga terakhir.
Demikianlah ulasan singkat ini untuk dapat menjadi bahan renungan bagi kita. Wallahu a'lam.
Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia

Fadhilah Asmaul Husna ( BAG 4 )

Asmaul Husna merupakan amalan yang bermanfaat dan mempunyai nilai yang tak terhingga tingginya. “Allah memiliki Asmaul Husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan (menyebut) nama-nama-Nya yang baik itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang mereka kerjakan.” (QS. Al A’raf: 180) Katakanlah, “serulah Allah atau serulah ar Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu menyeru-Nya, maka bagi-Nya nama-nama yang baik.” (QS. Al Isra’: 110)

Sebelum membahas tentang rahasia dibalik nama nama Allah itu, kita kaji terlebih dahulu makna terdalam dari Asma'ul Husna satu persatu:

31. Al Lathiif

Artinya Yang Maha lembut. Semua perbuatan Allah sesungguhnya didasarkan pada sifat ini. Dan kelembutan Allah yang diberikan kepada semua makhluk-nya adalah atas dasar sifat rahman dan rahim-Nya.

32. Al-Khabiir

Artinya Yang Maha Memberitakan. Allah adalah Dzat Yang selalu memberitakan kepada semua hamba-Nya tentang segala hal yang dibutuhkan dan tentang hal yang bisa menyelamatkan atau menyesatkan. Sebagai sebentuk sifat Al Khabiir ini Allah mengutus para nabi dan Rasul supaya manusia mengetahui dan memahami tentang kabar-kabar yang patut untuk didengar dan dilaksanakan.

33. Al Haliim

Artinya Yang Maha Penyantun. Allah adalah Dzat yang paling penyantun. Allah memperlakukan semua makhluk-Nya dengan sifat penyantun ini. Makanya tak ada satupun dari ciptaan-Nya yang tak sempurna. Semua itu karena Allah menciptakan sekaligus memelihara semua makhluk dengan penuh rasa santun.

34.Al Adziim

Artinya Dia-lah Dzat Yang Maha Agung. Keagungan Allah meliputi segala sifat dan Dzat-Nya.

35.Al Ghafuur

Artunya Yang Maha Pengampun. Dia-lah Dzat Yang Maha Pengampun. Dia-lah Yang memberi ampun kepada hambanya-Nya yang mau bertobat. Pintu pengampunan Allah terus terbuka bagi siapa saja yang ingin bertobat meski dengan membawa segudang dosa dan salah.

36. Asy Syukuur

Artinya Yang Berterima Kasih, Maha Membalas. Dia-lah Dzat yang sangat berterima kasih. Dan Dia-lah Yang Maha Membalas semua perbuatan manusia, baik buruknya dengan balasan yang setimpal.

37. Al 'Aliy

Artinya Yang Maha Tinggi. Dia-lah Dzat Yang Maha Tinggi martabat-Nya. Tak ada yang mengungguli keagungan Allah. Tak ada makhluk yang mempunyai kedudukan tinggi melebihi kedudukan Allah, bahkan menyamai pun tak akan pernah ada.

38. Al Kabiir

Artinya Yang Maha Besar. Dia-lah Dzat Yang Maha Besar. Kebesaran Allah meliputi semua Dzat dan sifat-Nya yang tak ada satupun makhluk yang menyamai-Nya.

39. Al Hafiidz

Artinya Yang Maha Memelihara. Dia-lah dzat yang melindungi dan memelihara. Melindungi makhluk-Nya dari kerusakan dan bahaya. Dia-lah yang menciptakan semua makhluk tanpa membiarkan mereka begitu saja, namun Dia terus dan selalu memberikan perlindungan-Nya dan terus memelihara mereka semua.

40. Al Muqiith

Artinya Yang Memberi Makanan. Dia-lah Allah Dzat Yang menciptakan makhluk sekaligus memberikan jatah makan bagi mereka. Tak ada satu pun makhluk di bumi ini yang tak diberi jatah makan dari Allah. Allah sudah menurunkan rizki-Nya yang dengan itu makhluk bisa memanfaatkannya untuk kelangsungan hidup mereka.

Sabtu, 24 Juli 2010

Rukun-rukun Shalat

Shalat mempunyai rukun-rukun yang apabila salah satu-nya ditinggalkan, maka batallah shalat tersebut. Berikut ini penjelasannya secara terperinci:
1. Berniat; Yaitu niat di hati untuk melaksanakan shalat tertentu, hal ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam:

"Sesungguhnya segala amal perbuatan itu tergantung niatnya". (Muttafaq 'alaih)
Dan niat itu dilakukan bersamaan dengan melaksana-kan takbiratul ihram dan mengangkat kedua tangan, tidak mengapa kalau niat itu sedikit lebih dahulu dari keduanya.
2. Membaca Takbiratul Ihram; Yaitu dengan lafazh (ucapan):Allahu Akbar . Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam :


"Kunci shalat itu adalah bersuci, pembatas antara per-buatan yang boleh dan tidaknya dilakukan waktu shalat adalah takbir, dan pembebas dari keterikatan shalat adalah salam." (HR. Abu Daud, At-Tirmidzi dan lainnya, hadits shahih )
3. Berdiri bagi yang sanggup ketika melaksana-kan shalat wajib; Hal ini berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:
"Peliharalah segala shalat(mu) dan (peliharalah) shalat wustha (Ashar). Berdirilah karena Allah (dalam shalat-mu) dengan khusyu'." (Al-Baqarah: 238)
Dan berdasarkan Sabda Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam kepada Imran bin Hushain:


"Shalatlah kamu dengan berdiri, apabila tidak mampu maka dengan duduk, dan jika tidak mampu juga maka shalatlah dengan berbaring ke samping." (HR. Al-Bukhari)
4. Membaca surat Al-Fatihah tiap rakaat shalat fardhu dan shalat sunnah; Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam:


"Tidak sah shalat seseorang yang tidak membaca surat Al-Fatihah." (HR. Al-Bukhari)
5. Ruku'; Hal ini berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:
"Hai orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu, sujud-lah kamu, sembahlah Rabbmu dan perbuatlah kebajikan supaya kamu mendapat kemenangan." (Al-Hajj: 77)
Juga berdasarkan sabda Nabi shallallaahu alaihi wasallam kepada seseorang yang tidak benar shalatnya:


" kemudian ruku'lah kamu sampai kamu tuma'ninah dalam keadaan ruku'." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
6. Bangkit dari ruku' ; Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam terhadap seseorang yang salah dalam shalat-nya:


" kemudian bangkitlah (dari ruku') sampai kamu tegak lurus berdiri." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
7. I'tidal (berdiri setelah bangkit dari ruku'); Hal ini berdasarkan hadits tersebut di atas tadi dan berdasarkan hadits lain yang berbunyi:


"Allah tidak akan melihat kepada shalat seseorang yang tidak menegakkan tulang punggungnya di antara ruku' dan sujudnya." (HR. Ahmad, dengan isnad shahih)
8. Sujud ; Hal ini berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala yang telah disebutkan di atas tadi. Juga berdasarkan sabda Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam:


"Kemudian sujudlah kamu sampai kamu tuma'ninah dalam sujud." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
9. Bangkit dari sujud; Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam:


"Kemudian bangkitlah sehingga kamu duduk dengan tuma'ninah." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
10. Duduk di antara dua sujud ; Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam:


"Allah tidak akan melihat kepada shalat seseorang yang tidak menegakkan tulang punggungnya di antara ruku' dan sujudnya." (HR. Ahmad, dengan isnad shahih)
11. Tuma'ninah ketika ruku', sujud, berdiri dan duduk; Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam kepada seseorang yang salah dalam melaksanakan shalatnya:


"Sampai kamu merasakan tuma'ninah." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Dan tuma'ninah tersebut beliau tegaskan kepadanya pada saat ruku', sujud dan duduk sedangkan i'tidal pada saat berdiri. Hakikat tuma'ninah itu ialah bahwa orang yang ruku', sujud, duduk atau berdiri itu berdiam sejenak, sekadar waktu yang cukup untuk membaca: satu kali setelah semua anggota tubuhnya berdiam. Adapun selebihnya dari itu adalah sunnah hukumnya.
12. Membaca tasyahhud akhir serta duduk; Ada-pun tasyahhud akhir itu, maka berdasarkan perkataan Ibnu Mas'ud radhiyallahu anhu yang bunyinya:
"Dahulu kami membaca di dalam shalat sebelum diwajibkan membaca tasyahhud adalah:


'Kesejahteraan atas Allah, kesejahteraan atas malaikat Jibril dan Mikail.'
Maka bersabdalah Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam:


'Janganlah kamu membaca itu, karena sesungguhnya Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Mulia itu sendiri adalah Maha Sejahtera, tetapi hendaklah kamu membaca:


"Segala penghormatan, shalawat dan kalimat yang baik bagi Allah. Semoga kesejahteraan, rahmat dan berkah Allah dianugerahkan kepadamu wahai Nabi. Semoga kesejahteraan dianugerahkan kepada kita dan hamba-hamba yang shalih. Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang hak melainkan Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan rasulNya." (HR. An-Nasai, Ad-Daruquthni dan Al-Baihaqi dengan sanad shahih)
Dan sabda Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam:


"Apabila salah seorang di antara kamu duduk (tasyah-hud), hendaklah dia mengucapkan: 'Segala penghormatan, shalawat dan kalimat-kalimat yang baik bagi Allah'." (HR. Abu Daud, An-Nasai dan yang lainnya, hadits ini shahih dan diriwayatkan pula dalam dalam "Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim")
Adapun duduk untuk tasyahhud itu termasuk rukun juga karena tasyahhud akhir itu termasuk rukun.
13. Membaca salam; Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam:


"Pembuka shalat itu adalah bersuci, pembatas antara perbuatan yang boleh dan tidaknya dilakukan waktu shalat adalah takbir, dan pembebas dari keterikatan shalat adalah salam." (HR. Abu Daud, At-Tirmidzi dan lainnya, hadits shahih )
14. Melakukan rukun-rukun shalat secara ber-urutan; Oleh karena itu janganlah seseorang membaca surat Al-Fatihah sebelum takbiratul ihram dan jangan-lah ia sujud sebelum ruku'. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam :


"Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihatku shalat." (HR. Al-Bukhari)
Maka apabila seseorang menyalahi urutan rukun shalat sebagaimana yang sudah ditetapkan oleh Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam, seperti mendahulukan yang semestinya diakhirkan atau sebaliknya, maka batallah shalatnya.

Jumat, 23 Juli 2010

MENGADU DOMBA

Janganlah suka mengadu domba, karena perbuatan itu termasuk dosa besar. Apakah selama ini engkau suka mengabarkan kabar bohong yang engkau buat-buat kepada orang lain, agar mereka menjadi bermusuhan? Tindakan mengadu domba termasuk fitnah yang cukup membahayakan bagi tatanan sosial bermasyarakat.

Jangan engkau menjatuhkan martabat orang lain sehingga mereka saling menjatuhkan dan benci-membenci. Akibat perbuatan adu domba, antar manusia berkelahi, antar kelompok menjadi bertengkar dan tak menutup kemungkinan terjadi pertumpahan darah.

Orang yang suka mengadu domba cenderung menjadi munafik, karena ia bermuka dua. Ia mendatangi seseorang dengan muka lain, kemudian kepada orang lainnya juga dengan muka lain, Ia suka memutarbalikkan fakta. Oleh karena itu jauhilah sebisa mungkin perbuatan adu domba.

Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yangbanyak bersumpah lagi hina, yang banyak mencela, yang kian kesana kemari menghambur finah. QS. Al Qalam ayat 10-11

Sabda Rasulullah Saw. yang diriwayatkan oleh Jama'ah dan Ibnu Khuzaimah.

Sesungguhnya Penghuni dua kubur ini disiksa, dan keduanya tidak disiksa karena masalah besar tetapi karena dosa besar, salah satu dari keduanya adalah karena tidak mau bersuci sehabis kencing, sedang yang lain adalah karena berjalan kesana kemari dengan menyebarkan fitnah.

Sabda Rasulullah saw. yang diriwayatkan oleh Imam bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah:

Kalian akan menjumpai sejelek-jeleknya manusia yaitu yang mempunyai dua muka yakni orang yang datang pada suatu kaum dengan satu muka dan datang pada suatu kaum yang lain dengan muka satu muka yang lain. Dan barang siapa yang mempunyai dua lisan di dunia maka sesungguhnya Allah pada hari kiamat akan menjadikan baginya dua lisan di neraka di hari kiamat.

Sabda Rasulullah saw. yang diriwayat oleh Abu Daud dan At Turmudzi:

Tidak akan masuk surga orang yang suka menghamburkan fitnah.

Rabu, 21 Juli 2010

Motifator Amal Sholeh

Segala puji bagi Allah, Sholawat dan salam semoga tercurahkan kepada Rasululloh sollallohu ‘alaihi wa sallam, wa ba’du
Sesungguhnya pintu-pintu pahala banyak sekali, amalan kebaikan adalah agung, Nabi sollallohu ‘alaihi wa sallam telah bersabda dalam meriwayatkan firman Robbnya Azza Wa jalla

Sesungguhnya Alloh telah menetapkan kebaikan dan keburukan, kemudian menerangkan hal itu, maka barang siapa berkehendak melakukan suatu kebaikan kemudian tidak melakukannya Alloh mencatatnya baginya di sisiNya kebaikan secara sempurna ..
Barang siapa yang menunjukkan suatu kebaikan dan mengarahkan kepadanya baginya pahala yang besar, Rasululloh sollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda :


Dari Abu Hurairah ra bahwasanya Rasulullah sollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda: “ Barangsiapa menyeru kepada hidayah (petunjuk) maka ia mendapatkan pahala sebagaimana pahala orang yang mengerjakannya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Dan barangsiapa menyeru kepada kesesatan maka ia mendapatkan dosa sebagaimana dosa yang mengerjakannya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun” .

diantara pintu-pintu kebaikan adalah yang disebutkan berikut ini :

1-Wudzu dan sholat dua roka’at setelahnya :

Nabi sollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda : barang siapa berwudhu seperti wudhu saya ini kemudian sholat dua rokaat, dan ia tidak melamun dalam sholatnya, pastilah Alloh mengampuni dosanya yang telah lalu dari .

2- Memelihara sholat sunnah rowatib dua belas roka’at :
Nabi sollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda:

Barang siapa yang rutin melakukan dua belas roka’at pada siang dan malam hari masuklah dia ke surga: empat roka’at sebelum dzuhur, dua roka’at setelahnya, dua roka’at setelah maghrib, dua roka’at setelah ‘Isya’ dua roka’at sebelum subuh

3- Berjalan ke sholat jama’ah.
Nabi sollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda :

Barang siapa berjalan ke sholat wajib berjamaah maka ia seperti mengerjakan haji, dan barang siapa berjalan menuju sholat sunnah maka seperti melakukan umroh.

4- Sholat subuh.
Nabi sollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda :

Barang siapa sholat subuh dia berada dalam jaminan Alloh, maka janganlah kalian dituntut oleh Alloh dengan sesuatu dalam jaminanNya, karena sesungguhnya orang yang dituntut oleh Alloh dalam jaminanNya pasti ditangkapNya kemudian Alloh sungkurkan wajahnya ke dalam api neraka .
Nabisollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda :

Barang siapa berwudhu untuk sholat, dia sempurnakan wudhunya, kemudian berjalan ke sholat wajib dan dia lakukan bersama jamaah, Alloh mengampuni dosa-dosanya.

6-menjaga dalam mendapatkan takbirotul ihrom imam yang pertama.

Barang siapa sholat empat puluh hari di dalam jama’ah mendapatkan takbir pertama, ditulis baginya dua kebebasan, kebebasan dari neraka dan kebebasan dari kemunafikan.

7- mensholati janazah dan mengantarkan ke kuburan.
Nabi sollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda :

Barang siapa mengikuti jenazah seorang muslim dengan iman dan mengharapkan pahala Alloh , dan bersamanya sehingga mensholatinya hingga selesai dari penguburannya maka dia pulang dengan pahala dua qiroth setiap satu qiroth seperti gunung Uhud, dan barang siapa mensholatinya kemudian pulang sebelum dikebumikan maka dia pulang dengan satu qiroth.

8- Haji Mabrur.
Nabi sollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda :


Barang siapa haji ke Rumah ini [Baitulloh] tidak berbuat rofats[sesuatu yang mengarah kepada sexsual] serta tidak berbuat fasiq dia pulang seperti dilahirkan ibunya[tanpa dosa]

9-Thowaf dan sholat dua roka’at setelahnya .
Nabisollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda :

Barang siapa yang thowaf di rumah Alloh [Ka’bah] tujuh kali, serta sholat dua roka’at adalah seperti memerdekakan budak.

10- kesungguhan dalam memohon untuk mati sayhid.

Barang siapa memohon mati syahid dengan kesungguhan ia diberikan syahadat walaupun tidak terbunuh.

11-memandikan mayit dan menutup aib yang dilihatnya.
Nabi bersabda :

Barang siapa yang memandikan mayit serta menutupi aibnya, Alloh menutupi dosa-dosanya, dan barang siapa yang mengkafani seorang muslim, Alloh memberikannya pakaian sutra.

12-memintakan ampun buat kaum mu’minin.
Nabi bersabda :

Siapa yang memintakan ampunan bagi kaum mukmin laki dan wanita , Alloh mencatat buatnya dengan setiap mukmin laki dan wanita satu kebaikan.

13- membaca AlQur’an
Nabisollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda :

Siapa yang membaca satu huruf dari kitabulloh maka baginya satu kebaikan, dan satu kebaikan dengan sepuluh lipat, saya tidak mengatakan alif laam miim satu huruf, akan tetapi alif satu huruf, laam satu huruf dan miim satu huruf.

14-tasbih.
Nabisollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda :

Siapa yang mengatakan subhaanalloh wa bihamdihi satu hari seratus kali, dihapus dosa-dosanya walaupun seperti buih dilautan.
Siapa yang mengucapkan subhaanallohil ‘adzim wa bi hamdihi ditamkan baginya pohon kurma di surga.

15-sholawat kepada Rasul sollallohu ‘alaihi wa sallam.
Nabi sollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda :

Siapa yang bersholawat kepadaku sepuluh kali ketika pagi dan sepuluh kali ketika sore hari akan mendapatkan syafa’atku pada hari kiamat.

Siapa yang bersholawat kepadaku Alloh bersholawat kepadanya sepuluh kali .

16-membangun masjid .
nabi sollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda :
Siapa yang membangun masjid untuk Alloh, Aloh membangun baginya rumah disorga yang lebih luas darinya .

17-membaca tahlil :
Nabi sollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda :

Siapa yang mengucapkan satu hari sebanyak seratus kali :

Tidak ada Ilaah yang berhak disembah kecuali Alloh saja, tidak ada sekutu bagi-Nya, baginya saja segala kerajaan dan bagiNya saja segala pujian dan Dia atas segala sesuatu berkuasa.
Adalah untuknya pahala sebanding memerdekakan sepuluh budak, ditulis untuknya seratus kebaikan dihapus seratus keburukan dan baginya benteng dari setan pada harinya itu sampai malam hari dan tidak ada seorangpun yang datang dengan kebaikan yang labih baik dari kebaikan yang ia datang dengannya kecuali orang yang mengucapkan lebih darinya.

Siapa yang mengucapkan:

Tidak ada Ilaah yang berhak disembah kecuali Alloh saja, tidak ada sekutu bagi-Nya baginya saja segala kerajaan dan bagiNya saja segala pujian dan Dia atas segala sesuatu berkuasa.[sepuluh kali]
Adalah seperti memerdekakan budak dari anak Nabi Isma’il.

18- mengahafal sepuluh ayat dari surat Al Kahfi :
Nabi sollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda :

Siapa yang yang hafal sepuluh ayat pertama dari surrat Kahfi terjaga dari dajjal.

19-Do’a ketiga melihat orang yang dicoba .
Nabi bersabda :

Siapa yang melihat orang yang dicoba ia berkata : segala puji bagi Alloh yang menyelamatkan saya dari apa yang kamu dicoba dengannya serta melebihkan saya kelebihan yang banyak atas kebanyakan yang Dia ciptakan, tidak akan terkena balak tersebut.
Catatan : hendaklah membacanya dengan pelan supaya tidak terdengar oleh orang yang dicoba agar tidak menyakitinya.

20-mencintai orang-orang Anshor.
Nabisollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda :

Orang-orang Anshor tidak mencintai mereka kecuali orang mukmin, tidak membenci mereka kecuali munafiq, maka barang siapa yang mencintai mereka Alloh mencintainya, barang siapa yang membenci mereka Alloh membenci mereka .

21- memberikan kelonggarn waktu orang yang kesulitan .
Nabi bersabda :

Siapa yang memberikan kelonggaran waktu kepada orang yang kesulitan atau membebaskannya Alloh memberikan naungan kepadanya pada hari kiamat di bawah anungan-Nya pada hari yang tidak ada naungan kecuali naunganNya.

22- menutupi aib saudara muslim.
Nabi sollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda :
Siapa yang menutupi [aib] seorang muslim Alloh menutup [aibnya] hari kiamat.

23-mendidik anak perempuan .

Siapa yang memiliki tiga anak, sabar dalam mendidik mereka, memberikan makan dan minum mereka dan pakaian mereka dengan hasil usahanya, adalah mereka pada hari kiamat sebagai dinding penghalang untuknya dari api neraka .

24- membela nama baik saudara muslim .
Siapa yang membela kehormatan saudaranya dalam kondisi tidak bertemu, adalah wajib bagi Alloh untuk memerdekakannya dari api neraka.


25-menahan marah .
Nabisollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda:

Siapa yang menahan marahnya sementara dia mampu untuk melampiaskan Alloh akan memanggilnya di hadapan seluruh mahkluq pada hari kiamat sehingga di persilahkan memilih bidadari mana yang ia kehendaki.

26- tawadhu’
Nabisollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda :

Siapa yang merendahkan diri karena Alloh, Alloh akan meninggikan derajatnya.

27-silaturrohim.

Siapa yang menhendaki untuk diluaskan rizkinya dan dipanjangkan umurnya hendaklah menyambung persaudaraannya.

28- membunuh cecak dengan satu pukulan.
Nabi sollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda :

Siapa yang membunuh cecak dalam satu pukulan dicatat buatnya seratus kebaikan, dalam pukulan kedua kurang dari itu, dalam pukulan ketiga kurang dari itu.

Sabtu, 17 Juli 2010

Penderitaan Bukanlah Kelemahan Melainkan Kekuatan

Setiap kali kita mengalami peristiwa yang membuat kita bersedih atau menderita seringkali kita menutupinya atau menekan perasaan kita agar tidak terlihat lemah atau takut dianggap sebagai orang yang lemah iman sehingga bila ditanya 'apa kabar? kemudian kita menjawab, 'baik..!' Tanpa kita sadari kita menolak penderitaan.

Dilingkungan kita berada bila terjadi peristiwa duka cita, kehilangan orang yang kita cintai biasanya ada ungkapan, 'sudahlah, jangan menangis. Ikhlaskan saja kepergiannya.' atau ada juga yang mengatakan, 'kayak bukan orang beriman saja, begitu kok menangis.' Itulah sebabnya kita menekan perasaan kita, menekan emosi kita, tidak menunjukkan menangis di depan umum agar kita tidak dianggap sebagai orang yang lemah bahkan dianggap sebagai orang yang kufur.

Padahal bila kita memahami lebih dalam setiap duka cita dan penderitaan yang kita alami sesungguhnya banyak manfaatnya dalam hidup kita. Penderitaan dan duka cita yang sering kita alami sesungguhnya bukan kelemahan melainkan sebuah kekuatan yang ada di dalam diri kita. Ada beberapa manfaat di dalam penderitaan yang kita rasakan sebagai kekuatan.

Pertama, Pengalaman duka cita atau yang kita rasakan sebagai menderitaan justru mengajarkan kita pada limpahan kasih sayang Allah Subhanahu Wa ta'ala agar kita semakin dekat dan taat kepadaNya, dengan demikian limpahan kasih sayang Allah akan memenuhi hati kita dan hati kita memancarkan kasih sayangNya untuk semua orang yang disekeliling kita.

Kedua, penderitaan yang kita rasakan menjadikan kebahagiaan kita menjadi sempurna. Kebahagiaan sejati pada dasarnya adalah mengalami kegembiraan dan penderitaan secara seimbang. Hidup menjadi dinamis ketika semuanya datang silih berganti antara kebahagiaan dan penderitaan.

Ketiga, penderitaan membuat kita semakin peka terhadap penderitaan orang lain. Kita menjadi memiliki empati dan menghormati orang lain sebagai hamba Allah yang sama-sama dimuliakan. Kita tidak berani menghina, melecehkan, atau mencemooh orang lain karena kita merasakan betapa pahitnya sebuah penderitaan.

Keempat, ketika hati kita remuk redam, ingin menangis menangislah sesungguhnya apa yang kita rasakan sakitnya, dengan menangis merupakan salah satu cara untuk membersihkan hati kita dan juga menghapus dosa yang pernah kita lakukan. Menangislah kepada Allah agar diberikan kesabaran dalam menjalani hidup ini sebagaimana Firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

'Apa yang disisimu akan lenyap dan apa yang disisi Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya Kami memberikan balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (QS. an- Nahl : 96).
cp note:pa ko

Pengikut